Jakarta (ANTARA News) - Kanker payudara merupakan penyakit yang ditandai dengan tumbuhnya sel abnormal, tidak terkontrol pada kelenjar dan jaringan payudara. Karenanya bagi wanita Indonesia wajib mewaspadainya.

Guna mencegah dan mengerti bagaimana mewaspadai timbulnya gejala kanker payudara, Siloam Hospitals Grup, melalui Rumah Sakit Siloam Yogyakarta berkewajiban guna mengedukasi masyarakat, khususnya bagi warga di Yogyakarta. 

"Bulan Oktober, adalah bulan International Breast Cancer. Kami mengajak masyarakat lebih meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kualitas kesehatan perempuan khususnya pencegahan akan kanker payudara," kata dr. Shinta Vebriana Sp.B. dari Rumah Sakit Siloam Yogyakarta dalam rilisnya, Minggu.

Menurut Shinta, deteksi dini penting dilakukan, agar sejumlah langkah secara medis dapat segera ditentukan.

"Dengan deteksi dini, misalnya jika ditemukan benjolan di payudara. Maka secara medis bisa kita ambil langkah efektif guna pencegahan pun tahap pengobatan, " imbuh Shinta.

Adapun melalui  dukungan akan kampanye Breast Cancer Day, RS.Siloam Yogyakarta  meluncurkan paket deteksi dini kanker payudara dengan harga yang spesial. Ada dua pemeriksaan yang dapat dipilih untuk deteksi kanker payudara ini, yang pertama adalah mammografi dengan nilai Rp 350.000 dan pemeriksaan kedua melalui USG Mammae, senilai Rp 250.000. 

Kedua paket ini diluncurkan sebagai bentuk kepedulian RS.Siloam Yogyakarta atas pentingnya melakukan deteksi dini kanker payudara sesuai dengan kampanye pencegahan kanker payudara di bulan Oktober.

Tes IVA

Sementara itu Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Jawa Tengah menggiatkan tes inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) guna menekan jumlah perempuan yang menderita kanker rahim.

"Sosialisasi pentingnya tes IVA terus kami lakukan bersama para kader kepada masyarakat dalam berbagai kesempatan, terutama kalangan perempuan," kata Ketua Tim Penggerak PKK Atikoh Ganjar Pranowo di Semarang, Minggu.

Ia mengakui jika diperlukan kesadaran yang luar biasa sebab penyakit kanker pada perempuan, termasuk kanker serviks, mayoritas baru diketahui setelah stadium III atau IV sehingga pengobatannya lebih sulit dan mahal.

Menurut dia, deteksi dini kanker rahim tidak hanya dilakukan dengan tes IVA, tapi bisa juga dengan "pap smear".

Kendati demikian, Atikoh lebih mendorong pemeriksaan dengan tes IVA, bukan saja lebih mudah, murah, dan cepat, namun karena hasilnya langsung diketahui.

"Pada pemeriksaan tes IVA, jika diketahui ada bercak atau gejala ringan bisa langsung ditangani saat itu juga, berbeda dengan pap smear yang hasilnya baru bisa diketahui satu atau dua minggu setelah pemeriksaan," ujarnya.

Jeda waktu yang cukup lama itu, kata ibu satu anak ini, terkadang membuat si pemeriksa enggan kembali untuk berkonsultasi.

Ada pula yang saat mengetahui hasilnya positif justru "down" dan tidak mau menjalani rangkaian pengobatan medis.

Mengingat pentingnya kesehatan rahim perempuan, Atikoh berharap pada bulan deteksi dini Oktober ini, seluruh pihak mendorong pelaksanaan tes IVA bagi perempuan.

"Termasuk, Pemprov Jawa Tengah organisasi wanita se-Jateng, instansi vertikal, dan masyarakat umum," katanya.

Pewarta: Wisnu Adhi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017