Karangasem, Bali (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat aktivitas vulkanik Gunung Agung Bali hingga saat ini masih fluktuatif dengan kecenderungan masih tinggi.

"Kecenderungan masih fluktuatif karena masih ada aktivitas kegempaan Gunung Agung," kata Kepala PVMBG Kementerian ESDM Kasbani di Pos Pengamatan Gunungapi Agung Desa Rendang, Karangasem, Senin.

Ia menuturkan, sempat munculnya asap Sulfatara mencapai ketinggian 300 meter dari puncak kawah pada pagi hari yang teramati dari Pos Pemantauan Desa Rendang dan Pos Pemantauan Batulompeh.

"Keberadaan asap Sulfatara ini lebih tinggi dari sebelumnya yang rata-rata ketinggian 50-200 meter dari puncak kawah," katanya.

Kasbani menuturkan, aktivitas kegempaan (vulkanik dan tektonik) sempat mencapai 1.136 kali per harinya pada Sabtu (14/10) lalu, namun aktivitas kegempaan kembali turun 788 kali per harinya pada Minggu (15/10) lalu.

"Meskipun frekuensi gempa sempat turun dibandingkan sebelumnya, namun jumlah aktivitas kegempaan masih tinggi karena di atas 700 kali per harinya," ujarnya.

Berdasarkan frekuensi kegempaan ini, lanjut Kasbani, mengindikasika kondisi gunung tertinggi di Bali ini masih kritis. Terkait potensi terjadinya erupsi, kata dia, kemungkinan dua yakni bisa terjadi dan tidak terjadi erupsi.

Sebelumnya, PVMGB mendeteksi aktivitas penggembungan (deformasi) Gunung Agung sesuai hasil pengamatan pada empat hari terakhir akibat masih tingginya aktivitas gunung setinggi 3.142 mbpl itu.

PVMBG tetap mengimbau warga dan para wisatawan tetap berada di zona aman dan menghindari wilayah sekitar Gunung Agung yang masuk dalam zona merah.

Masyarakat, pendaki dan pengunjung atau wisatawan agar tidak berada dan atau tidak melakukan pendakian serta aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius sembilan kilometer dari kawah puncak.

Selain itu pula ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timur laut dan Tenggara-Selatan-Barat Daya sejauh 12 km.

Pewarta: I Made Surya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017