Solo (ANTARA News) - Sejumlah warga pelaku usaha di kawasan Gedung Graha Saba Buwana yang menduga bakal terdampak pelaksanaan pernikahan anak kedua Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu, berharap adanya kompensasi selama penyelenggaraan acara tersebut.

"Kalau melihat pengalaman saat pernikahan Mas Gibran (Rakabuming, anak sulung Presiden Jokowi -red), warung saya tutup dua hari. Sebetulnya tidak ada larangan untuk tutup tetapi kan sepanjang jalan ini ditutup, jadi nggak ada yang beli," kata salah satu penjual makanan, Yeni, saat ditemui di warungnya di Jalan Letjend Suprapto, Banyuanyar, Solo, Selasa.

Menurut dia, pada pernikahan putri satu-satunya tersebut acara akan berlangsung lebih lama dibandingkan saat rangkaian resepsi anak sulung karena saat ini yang melaksanakan resepsi pesta pernikahan adalah orang tua mempelai wanita.

"Kemarin kebetulan ada beberapa polisi yang makan di warung saya, saat itu mereka bilang siap siap tutup agak lama bu, mungkin sekitar satu minggu," katanya.

Oleh karena itu, mengingat warung yang harus ditutup agak lama, dia berharap adanya kompensasi. Dengan begitu tetap ada pemasukan untuk keluarga.

Senada, penjual perabot rumah tangga Husnul Khotimah mengatakan sejauh ini belum ada pemberitahuan dari pihak manapun untuk menutup toko sementara waktu selama acara pernikahan tersebut berlangsung.

"Kalau waktu acaranya Mas Gibran juga tidak ada pemberitahuan penutupan. Jadi memang dipersilahkan mau tetap buka atau tidak," kata pemilik Toko Muslim tersebut.

Meski demikian, pada saat itu dirinya kesulitan untuk bisa ke tokonya karena seluruh akses menuju toko miliknya ditutup sehingga akhirnya tidak jadi buka.

"Kemungkinan saat Mbak Ayang juga begitu, kalaupun buka pasti tidak ada yang beli. Kan orang-orang tidak bisa lewat," katanya.

Menyikapi hal itu, dia berharap agar ada sedikit kompensasi yang diberikan kepada pemilik usaha di kawasan tersebut yang terdampak penutupan jalan.

"Yang penting bisa diberikan ke karyawan, tetapi saya ikut saja. Ini cuma harapan saya," katanya.

Pewarta: Aris Wasita Widiastuti
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017