Pasar mengasumsikan kenaikan suku bunga The Fed akan lebih agresif jika John Taylor terpilih."
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, bergerak menguat senilai 28 poin menjadi Rp13.479 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.507 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Naiknya harga minyak, ditambah sentimen positif dari mata uang Asia menjadi salah satu faktor yang menopang rupiah," kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.

Ia menilai naiknya harga komoditas, termasuk minyak mentah menjadi salah satu faktor positif bagi pergerakan rupiah terhadap dolar AS.

Harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,52 persen menjadi 52,15 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,73 persen menjadi 58,30 dolar AS per barel.

Kendati demikian, menurut dia, pergerakan rupiah relatif terbatas menyusul munculya kabar di pasar bahwa kandidat Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) pengganti Janet Yellen, yakni John Taylor yang cenderung hawkish atau mendukung kenaikan suku bunga acuan AS.

Ia menambahkan bahwa spekulasi pasar terhadap Trump yang akan memilih John Taylor sebagai calon Gubernur The Fed turut memicu permintaan aset berdenominasi dolar AS meningkat dan menaikan imbal hasil obligasi AS.

"Pasar mengasumsikan kenaikan suku bunga The Fed akan lebih agresif jika John Taylor terpilih," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan data manufaktur AS yang solid juga dapat memicu dolar AS kembali mengalami apresiasi terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia.

Ia mengemukakan bahwa data Amerika Serikat menunjukkan indeks manufaktur New York naik menjadi 30,20 pada bulan Oktober, melampaui ekspektasi pasar yang senilai 20,70, dan data indeks produksi industri AS mencatat kenaikan 0,3 persen dalam sebulan ini.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017