Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) menyatakan kebutuhan tim nasional bola basket Indonesia, baik putra maupun putri, untuk menaturalisasi pemain di posisi big man sebagai sesuatu yang mutlak.

"Tim nasional dipersiapkan untuk mengikuti Piala Dunia FIBA 2023. Kita akan sulit bersaing kalau tidak ada pemain naturalisasi," kata Ketua Umum Perbasi Danny Kosasih di Jakarta, Rabu.

Indonesia memang berpeluang tampil di Piala Dunia Bola Basket 2023 karena saat ini sudah mengajukan diri menjadi tuan rumah, bersama dengan Jepang dan Filipina.

Andai terpilih menjadi tuan rumah bersama, Indonesia, Jepang, dan Filipina akan langsung lolos ke putaran final Piala Dunia 2023 dan menjadi bagian dari 32 tim yang bertanding.

FIBA akan mengumumkan tuan rumah Piala Dunia Bola Basket 2023 pada bulan Desember 2017.

Danny mengatakan bahwa big man berposisi center yang akan dinaturalisasi adalah pebola basket asal Amerika Serikat untuk timnas putra dan pebola basket asal China untuk timnas putri.

"Kami sudah menjalin kontak dengan beberapa pemain, tetapi semuanya masih harus dimatangkan dahulu. Kami tidak mau menaturalisasi pemain abal-abal," tutur dia.

Danny juga sempat menyebut, selain untuk Piala Dunia FIBA 2023, pemain naturalisasi tersebut juga dapat menjadi bagian timnas bola basket Indonesia di SEA Games 2019, jika proses naturalisasi dilakukan paling lambat 2 tahun sebelum turnamen berlangsung.

Naturalisasi pebola basket untuk timnas putra, khususnya di sektor big man yang bisa bermain sebagai center atau power forward, bukanlah sesuatu yang jarang dilakukan.

Di Eropa, ada nama center-power forward Anthony Randolph dari Amerika Serikat yang dinaturalisasi oleh timnas putra Slovenia. Di benua Asia, juga ada beberapa negara yang melakukan naturalisasi big man seperti Jepang yang menaturalisasi Ira Brown, Taiwan menaturalisasi Quincy Davis dan Korea Selatan menaturalisasi Ricardo Ratliffe.

Di Asia Tenggara, negara seperti Filipina yang merajai bola basket Asia Tenggara dengan raihan18 medali emas SEA Games sejak tahun 1977, sudah mempraktikan naturalisasi sejak beberapa tahun lalu.

Saat ini Filipina memiliki beberapa big man naturalisasi, seperti Andray Blatche, yang dinaturalisasi dari Amerika Serikat dan Christian Karl Standhardinger, pebola basket naturalisasi berdarah Jerman-Filipina.

Blatche, menjadi tokoh protagonis ketika Filipina menjadi juara Kejuaraan Bola Basket Asia Tenggara SEABA 2017, kala itu Indonesia menjadi runner up. Sementara Standhardinger memperkuat Filipina ketika merebut posisi terbaik ketujuh di Kejuaraan Asia FIBA 2017 serta saat merebut medali emas SEA Games XXIX 2017, Malaysia, lagi-lagi Indonesia berada di peringkat kedua dengan meraih perak.

Timnas putra Indonesia sendiri sejatinya memiliki seorang pemain naturalisasi asal Filipina, yaitu Ebrahim "Biboy" Enguio-Lopez. Namun, Biboy bukan bertipe big man dan lebih sering mengisi posisi guard atau forward.

Selain itu, ada pula dua nama pemain naturalisasi asal Amerika Serikat yang sempat dipanggil tim nasional Indonesia, yaitu Jamarr Andre Johnson dan Anthony Ray Hargrove Jr. Akan tetapi, kedua nama ini tidak masuk dalam tim inti timnas ke SEA Games XXIX, Malaysia, karena dianggap kalah bersaing dengan pemain lain.

Namun, di sektor putri, khususnya di kawasan Asia Tenggara hampir tidak pernah terdengar ada pemain naturalisasi.

Filipina pernah mencoba untuk menaturalisasi pebola basket putri asal China bertinggi badan sekitar 190 sentimeter Zheng Xiaojing, tetapi gagal karena pada tahun 2013 pergantian kewarganegaraan itu tidak disetujui pemerintah. Setelah itu, tim bola basket putri Filipina fokus mengembangkan bakat-bakat dalam negeri.

Pewarta: Michalel Siahaan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017