Jakarta (ANTARA News) - Terjadi fenomena alam munculnya tiga angin puting beliung di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, tapi tidak bersifat merusak, kata pejabat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Puting beliung terjadi di dekat Pulau Opak, di belakang Pulau Kaliage yang merupakan pulau yang tidak berpenduduk. Tidak ada korban jiwa dan kerusakan bangunan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada wartawan di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan puting beliung yang bersamaan terjadi di perairan Kepulauan Seribu yaitu di daerah Karang Lebar, Kelurahan Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu pada Senin pukul 09.00 WIB.

Fenomena terjadinya tiga puting beling bersamaan, kata dia, merupakan hal yang langka, terlebih untuk kawasan tropis seperti di Indonesia.

"Ini makin menunjukkan bahwa iklim telah berubah akibat dari rusaknya lingkungan dan terganggunya keseimbangan sistem bumi," kata dia.



Sementara itu, ekor puting beliung berputar di sekitar perairan sehingga menimbulkan gelombang kecil di laut.

Dia mengatakan fenomena kemunculan puting beliung meningkat saat pergantian musim (pancaroba) seperti saat ini dari kemarau menuju penghujan. Adanya perbedaan temperatur yang kontras antara permukaan daratan, perairan dan atmosfer menyebabkan terjadi perbedaan tekanan udara sehingga terbentuk puting beliung.

Sutopo mengatakan BPBD DKI Jakarta telah melakukan koordinasi dengan SKPD terkait melalui Pusat Data dan Informasi Kebencanaan dan Call Center Jakarta Siaga 112. Kondisi normal dan aktivitas masyarakat berjalan dengan aman.

Masyarakat, kata dia, diimbau untuk selalu waspada dengan cuaca ekstrem selama musim pancaroba. Hujan deras yang diikuti dengan angin kencang dan puting beliung berpotensi meningkat kejadiannya.

"Hindari aktivitas di bawah pohon-pohon besar dan papan-papan reklame yang besar karena berpotensi roboh tertiup angin kencang. Waspadai banjir akibat meluapnya drainase dan sungai yang ada," kata dia.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017