Nunukan, Kalimantan Utara (ANTARA News) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta agar produksi kelapa pandan Kabupaten Nunukan, Kalimantan dapat dikemas secara apik sebagai komoditas andalan dengan nilai jual tinggi untuk diekspor ke Singapura dan Thailand.

Dalam kunjungan kerjanya Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Menteri Amran menjelaskan wilayah yang berbatasan daratan dengan Malaysia tersebut memiliki potensi besar terutama jika mengandalkan kelapa pandan yang tidak dapat ditemukan di negara lain, bahkan citarasanya melebihi kelapa yang ada di Singapura yang diimpor dari Vietnam.

"Tolong dikembangkan kelapa pandan ini karena tidak ada kelapa seperti ini, aromanya 100 persen lain, lebih harum. Kalau dikemas dengan cantik, jangan ada noda hitam di kelapanya, bisa dijual Rp80 ribu di Singapura," kata Menteri Amran di Nunukan, Kalimantan Utara, Senin.

Mentan menjelaskan kelapa pandan di Nunukan dihargai Rp5.000 per buah, namun jika dikemas secara apik dengan standar komoditas ekspor, nilai jualnya akan meningkat hingga Rp80 ribu per buah di Singapura.

Menurut dia saat ini bahkan negara-negara di Eropa sedang menggalakkan hidup sehat melalui air kelapa yang dijual dalam bentuk botol. Namun, ia mengaku rasa kelapa pandan yang dihasilkan Nunukan jauh lebih baik dan tidak ditemukan di daerah lainnya.

"Coba kirim ke Jakarta pasti laku keras. Bulan lalu kami ke perbatasan Sumatera dan Jambi, kami datang tapi tidak menemukan kelapa seperti ini," ungkapnya.

Oleh karena itu, Amran mendorong agar pengusaha kelapa pandan di Nunukan maupun Kalimantan Utara secara umum bisa membangun jaringan untuk menggaet pengusaha dari Singapura dan Malaysia sebagai langkah awal ekspor komoditas dari wilayah perbatasan.

Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat Kabupaten Nunukan menanam pohon kelapa di setiap rumah, setidaknya lima pohon kelapa.

Dalam kunjungannya, Mentan juga memberikan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) seperti "hand tractor", dan bibit kelapa sawit, benih padi dan benih cengkeh untuk mendorong komoditas rempah-rempah di wilayah tersebut.

(T.M053/H007)

Pewarta: Mentari Dwi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017