Jakarta (ANTARA News) - Kisah kepahlawanan pejuang asal Tanah Banjar, Pangeran Antasari akan segera diangkat ke layar lebar, demikian ungkap produser Egy Massadiah di Jakarta, Selasa.

Saat ini, film yang rencananya diberi judul “Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing” itu sedang dalam proses pengambilan gambar di sejumlah lokasi di Kalimantan Selatan.

"Ada sekitar 50-an orang kru kami dari Jakarta sedang di lapangan. Hampir semua pendukungnya kami gunakan aktor lokal sebab banyak dialog dalam film ini menggunakan bahasa daerah Banjar. Hanya tokoh tokoh utama dimainkan aktor dari Jakarta, diantaranya Hemalia Putri memerankan tokoh Bulan istri Pangeran Hidayatullah dan Egy Fadly sebagai Pangeran Antasari. Sutradaranya dosen IKJ yang juga sutradara senior Irwan Siregar, " kata Egy.

Lebih lanjut Egy yang juga dikenal sebagi aktor Teater Mandiri Putu Wijaya itu menjelaskan penggarapan struktur cerita film melibatkan lebih 150 an pemain dan dimulai dengan kehadiran pelajar sekolah dasar zaman sekarang.

Dikisahkan mereka ingin mencari tahu tentang sosok Pangeran Antasari dan perjuangannya.

"Akan ada dua segmen yaitu segmen masa perjuangan Pangeran Antasari sekitar tahun 1850-an dan segmen zaman sekarang," papar Egy Massadiah.

Film yang berdurasi sekitar 100 menit ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur Kalimantan Selatan H. Sahbirin Noor yang memang sangat mencintai dunia kebudayaan khususnya senin peran dan teater.

"Ini film edukasi tentang pahlawan Banjar, banyak keteladanan yang bisa dipetik oleh generasi sekarang," ungkap pria yang akrab disapa Paman Birin ini.

Gubernur Kalsel tersebut ingin cerita tentang epos kepahlawanan dari daerah Banjar difilmkan, seperti halnya provinsi-provinsi lain, misalnya Aceh dengan Tjut Nyak Dien nya, Jawa Tengah dengan Pangeran Diponegoro.

Seniman dan budayawan terkemuka asal Banjar Yadi Muryadi juga terlibat langsung dalam film ini.

"Kami sangat bangga bisa mewujudkan film ini dan melibatkan banyak pemain lokal yang memang sehari hari menggeluti dunia seni peran," ungkap Yadi yang terlibat sejak riset dan penulisan cerita hingga turut serta ambil bagian sebagai salah seorang pemain.

Antasari menyerang

Sejarah mencatat, Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron pada tanggal 25 April 1859. Dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.

Pertempuran berkecamuk makin sengit antara pasukan Pangeran Antasari dengan pasukan Belanda. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak pasukan Pangeran Antasari. Dan akhirnya Pangeran Antasari memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia tetap pada pendiriannya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.

"Dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut kemerdekaan".

Dalam film ini muncul juga tokoh tokoh, di antaranya Tumenggung Antaludin, Tumenggung Jalil, Demang Lehman, Ratu Zaleha, Wulan Jihad (pejuang wanita Dayak Kenyah), Amin Oellah, Soero Patty, Kiai Djaya Lalana, Goseti Kassan. Sedangkan dari pihak kolonial Belanda, yakni antara lain Augustus Johannes Andresen, George Frederik Willem Borel, Karel Cornelis Bunnik, C.E. Uhlenbeck, serta Gustave Verspijck,

Pewarta: Jaka Suryo
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017