La Paz, Bolivia (ANTARA News) - Presiden Bolivia Evo Morales pada Selasa (24/10) mendesak masyarakat internasional untuk berbuat lebih banyak guna memaksa Amerika Serikat, "penyebar polusi terbesar di dunia", agar mematuhi kesepakatan Paris mengenai iklim.

Pada Juni, Presiden AS Donald Trump --yang menyebut perubahan iklim sebagai "bualan"-- mengumumkan penarikan diri negerinya dari kesepakatan bersenjarah tersebut, dengan alasan kesepakatan itu menghambat kegiatan gusaha Amerika.

"Mendesak bahwa PBB melakukan langkah drastis untuk mengembalikan Amerika Serikat ke Kesepakatan Paris. Sebagai pencemar-udara terbesar di dunia, negara itu harus menerima tanggung-jawabnya ... menghormati semua kesepakatan, komitmen dan melaksanakan semuanya," kata Morales.

Pemimpib Bolivia tersebut mengeluarkan pernyataan itu dalam upacara untuk memperingati kjera sama pembangunan antara PBB dan negara Amerika Selatan tersebut.

"Kecongkakan setiap presiden atau negara harus diakhiri," kata Morales, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. Ia menambahkan, "Umat manusia tak bisa hidup tanpa Ibu Bumi, meskipun planet ini bisa hidup lebih baik tanpa manusia."

Kesepakatan Paris, yang dicapai pada Desember 2015, juga meminta komitmen setiap negara di dunia untuk mengurangi buangan gas rumah kaca mereka, penyebab utama perubahan iklim.

Amerika Serikat dan Suriah adalah dua negara yang menahan diri mengenai kesepakatan iklim global tersebut setelah Nikaragua menandatangani kesepakatan iklim Paris pada Senin.

Sikap anti-iklim pemerintah Trump dikecam secara luas di dalam serta luar negeri.

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017