London (ANTARA News) - Penampilam Ensemble Kyai Fatahillah dibawah pimpinan Prof Iwan Gunawan berkolaborasi dengan seniman Stefan Lakatos asal Swedia yang memainkan karya musik "Moondog for Gamelan" berhasil memukau lebih dari 300 penonton memadati gedung pertunjukkan bekas gereja LSO St Lukes di London, pada Sabtu malam.

Kehadiran seniman dari Bandung, Ensemble Kyai Fatahillah yang berkolaborasi dengan Stefan Lakatos adalah dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di London, demikian disampaikan Sebastian Merrick dari Festival Europalia Indonesia di London Inggris kepada Antara London, Sabtu malam.

Selama hampir dua jam pertunjukkan musik yang merupakan gabungan musik Barat dan tradisional itu berhasil menghipnotis penonton yang sebagian besar pecinta musik dan masyarakat Inggris serta seniman mancanegara.

Pertunjukkan yang sangat indah dan penuh dengan kejutan, ujar Monika Dorniak, gadis Jerman yang tengah menyelesaikan studi musik dan tari di London kepada Antara usai menyaksikan pertunjukkan Iwan Gunawan dan Stefan Lakatos yang memainkan musik Moondog for Gamelan.

Monika yang datang bersama rekan-rekannya mengaku sangat mengidolakan musisi Amerika Moondog dan sejak sebulan lalu sudah membeli tiket seharga 20 poundsterling untuk dapat menyaksikan pertunjukan kolaborasi seniman Indonesia dan Swedia yang merupakan sahabat dari seniman Moondog.

Sementara itu Stefan Lakatos kepada Antara mengaku bahwa ia sangat senang bisa menampilkan musik Moondog bersama seniman Indonesia. "Fantastic, work together with Indonesian artist," ujar Stefan yang mengatakan persiapan yang dilakukan kurang dari sebulan dimana ia juga berkunjung ke Indonesia selama dua minggu untuk berlatih bersama.

Stefan Lakatos yang menampilan nya mirip dengan Moondog seniman Amerika yang hidup di jalan dan mengalami kebutaan itu mengatakan sangat senang bisa bekerjasama dengan seniman Indonesia yang sangat antusias dan ia pun berencana untuk berkunjung ke Sumatera dan Kalimantan.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London: Prof E. Aminudin Aziz kepada Antara di London, mengatakan penampilan Ensemble Kyai Fatahillah dibawah pimpinan Iwan Gunawan berkolaborasi dengan seniman Stefan Lakatos asal Swedia sangat luar biasa. "Kita telah menunjukkan kepada publik di Inggris bahwa

kreativitas seniman Indonesia tidak kalah dengan kreativitas musik barat yang kompatible dan selaras dengan musik Barat yang sudah dikenal sejak dulu. Hal ini menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa seniman Indonesia pantas disejajarkan dengan seniman dunia.

Moondog musisi jalanan eksentrik diilhami ulang dengan gamelan oleh komposer Jawa terkenal Iwan Gunawan dan teman Moondog Stefan Lakatos.

Dengan menampilkan instrumen yang dibuat khusus untuk festival Europalia Indonesia ini membawa gamelan keluar dari konteks tradisionalnya, dengan menggunakan komposisi eksperimental Moondog.

Hampir minimalis dalam konstruksinya, melodi musisi luar yang berpengaruh bergema di tengah kekacauan gamelan yang terkendali. Memimpin ansambel Gunawan, komposer gamelan kontemporer yang dikenal menggabungkan tradisi dengan penggunaan elektronika, dan Lakatos, teman lama Moondog yang tampil menggunakan alat perkusi buatan sendiri yang diberikan kepadanya oleh sang komposer.

Beberapa musisi adalah sumber intrik seperti Moondog. Seorang pria buta asal Kansas beralih ke NYC, dia berpakaian seperti Viking dan memilih tinggal di jalanan.

Komposisinya mencerminkan pengalamannya mendengar jalannya melalui kota - motif yang dipinjam dari musik Jazz, Klasik dan Native American melenggang dari pemukulan drum tom-tom yang terus-menerus, seperti bunyi kereta bawah tanah. Dukungan malam ini berasal dari Steve Lawson & Corey Mwamba.

Iwan Gunawan mengatakan bahwa pertunjukan di London merupakan rangakain dari penampilannya di Festival Europalia Indonesia sebelumnya ia tampil di Unsound Karakow, Berghain Berlin dan di Ancienne Brlgique Brusel Belgia.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017