Jakarta (ANTARA News) - Ledakan komik Indonesia saat ini membuktikan bahwa komik memiliki potensi besar untuk menjadi pilar dasar ekonomi kreatif di Indonesia. 

Para pengelola Intellectual Property di Indonesia yang berfokus pada media komik akan mendeklarasikan pendirian Asosiasi Komik Indonesia (AKSI) hari ini.

Asosiasi tersebut terdiri atas Bumilangit (pemilik IP karakter-karakter komik lokal legendaris seperti Si Buta, Gundala, Godam), PIONICON (Si Juki), Octopus Garden (Mice Cartoon), Infia (Komikin Ajah), FranKKomiK (Setan Jalanan), Skylar Comics (Volt & Valentine), Ciayo Comics (Heartbeat & Blue Serenade), re:ON Comics (Grand Legend Ramayana & Galauman), Kosmik (Manungsa & Wanoja) dan Padma Pusaka Nusantara (Nusa Five). 

AKSI dalam siaran pers, Selasa, mengatakan ledakan komik Indonesia sudah terasa selama dua tahun terakhir, terutama berkat perkembangan teknologi digital yang membuat komik bisa dinikmati lewat handphone dalam genggaman.

"Percepatan industri Komik Indonesia ini juga diiringi oleh tantangan baru. Maka dari itu, AKSI hadir untuk mengantisipasi tantangan tersebut," katanya.

"Pembentukan AKSI juga bertujuan untuk membangun ekosistem industri komik di Indonesia agar Komik Indonesia bisa menjadi bagian dari Strategi Budaya Nasional di ranah Internasional."

Saat ini ada 13 juta orang membaca komik Indonesia setiap harinya lewat ponsel. Penggemar komik kini bisa membaca komik Indonesia sebanyak tiga kali sehari, saat makan siang, sore ketika pulang beraktivitas dan menjelang tidur. 

Lebih dari 100 judul komik Indonesia dirilis mingguan setiap hari sepanjang tahun di berbagai aplikasi komik dan media sosial, kontras dengan 10 tahun yang lalu ketika jumlah komik lokal yang diterbitkan bisa dihitung dengan jari. 

Perkembangan komik juga terlihat dari adaptasi alih wahana. Beberapa di antaranya adalah Si Juki buatan Faza Meonk telah diadaptasi jadi film yang disaksikan 700.000 penonton bioskop serta komik legendaris "Gundala" yang sedang digarap sineas Joko Anwar.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018