Jakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN Amien Rais menilai rasa nasionalisme bangsa Indonesia semakin lama semakin tidak jelas arahnya atau "keblinger". Saat menyampaikan tausyiah politiknya di depan ribuan kader PAN yang menjadi anggota legislatif dan eksekutif se-Indonesia di Jakarta, Minggu, Amien bahkan menyebutkan nasionalisme Indonesia itu sebagai nasionalisme yang "keblinger". "Kita menjadi bangsa yang banyak mengidap keanehan, seperti nasionalisme yang tidak jelas tersebut. Saya lebih tepat menyebutnya sebagai keblinger nasionalisme," katanya. Penilaian Amien Rais tersebut didasarkan pada banyaknya fakta yang dengan mudah terlihat bahwa nasionalisme bangsa Indonesia sudah banyak yang tergadaikan. Dicontohkannya , masalah penjualan sebagian saham Indosat kepada Singapura, berbagai kontrak kerja pertambangan yang jelas-jelas lebih menguntungkan asing hingga persoalan perjanjian kerja sama pertahanan (DCA) dengan Singapura yang sama sekali tidak memihak rakyat Indonesia. Selain itu, ketika mantan Ketua MPR itu bertemu dengan mantan Wakil PM Malaysia Anwar Ibrahim baik di penjara maupun saat bertemu di Jakarta, Anwar yang ditanyai pendapatnya tentang nasionalisme Indonesia menjawab nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang dangkal. "Ibarat rumah yang diberi pagar bagus, tapi isinya tidak dipelihara. Barang diambil dan dibiarkan saja. Anak dipukuli orang lain dibiarkan saja, dan bahkan istri dibawa lari pun dibiarkan saja," katanya memberikan perumpamaan . Sementara itu ditempat yang sama , Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir mengatakan pencalegan dini dan penentuan caleg jadi berdasarkan suara terbesar merupakan terobosan baru PAN yang diyakini mampu menopang perolehan suara di 2009. Dijelaskannya bahwa mekanisme itu juga merupakan aspirasi masyarakat Indonesia yang menuntut keterwakilan rakyat yang lebih adil. Soetrisno Bachir juga meyakini mekanisme baru ini tidak akan memicu konflik internal dalam PAN dan bahkan hal tersebut justru memungkinkan kader-kader partai untuk melakukan sosialisasi seintensif mungkin kepada konstituen masing-masing.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007