Oleh Yuri Alfrin Aladdin Jakarta (ANTARA News) - Ketika masyarakat masih terpana dengan kehadiran generasi Y (Milenium), mereka tidak menyadari akan munculnya sebuah calon generasi baru yang lahir pada abad ke-21 yang lebih canggih dari generasi Y. Merekalah Generasi Platinum, yang lahir sesudah tahun 2000. Seperti apakah ciri-ciri, kesukaan, sikap, aspirasi mereka? Faktor-faktor dan kejadian-kejadian apa saja yang membentuk kepercayaan dan tingkah laku mereka? Psikolog dari Universitas Paramadina, Alzena Masykouri, kepada ANTARA News mengatakan bahwa generasi itu lahir di masa keterbukaan teknologi, keterbukaan cara berpikir, keterbukaan berperilaku, serta ketersediaan sarana pendidikan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. "Penamaan sebagai Generasi Platinum oleh para pakar dunia sebetulnya cuma istilah saja, untuk membedakan generasi ini dari sebelumnya. Platinum sendiri mengacu pada sesuatu yang mewah dan elegan," kata dia. Dikatakannya, pada awalnya, hidup generasi yang disebut Baby Boomers. Generasi itu merupakan kelompok masyarakat yang hidup setelah Perang Dunia II yaitu antara 1946 dan 1964. Generasi ini diberi nama Baby Boomers karena pada rentang waktu generasi ini hidup, terjadi peningkatan jumlah kelahiran di seluruh dunia. Anak-anak yang terlahir di generasi ini merupakan golongan masyarakat yang mulai mengenal televisi dengan beragam acara yang berbeda-beda, seperti Perang Vietnam, pembunuhan John F Kennedy, Martin Luther King Jr, dan Robert F. Kennedy. Golongan masyarakat ini mengenal musik, sebagian besar adalah Rock n Roll, sebagai cara untuk mengekpresikan identitas generasi mereka. Selanjutnya, lahir Generasi X yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980. Anak-anak yang lahir pada generasi ini tumbuh dengan video games dan MTV, dan menghabiskan masa remajanya di tahun 80-an. Anak-anak remaja generasi X memiliki ciri-ciri, kurang optimistis terhadap masa depan, sinis, skeptis, tidak lagi menghormati nilai-nilai dan lembaga tradisional, serta tidak memiliki rasa hormat kepada orang tua mereka. Di awal 90-an, media menampilkan Generasi X secara fisik sebagai generasi yang senang memakai kemeja flannel, suka menyendiri, banyak tindikan di tubuh, dan lebih memilih bekerja di restoran. Generasi Y, atau yang lebih dikenal sebagai Generasi Millennium, tumbuh seiring dengan banyak kejadian yang mengubah dunia, di antaranya berkembangnya komunikasi massa, serta internet. Terminologi Generasi Y diberikan kepada anak-anak yang lahir dari tahun 1981 - 1995. Anak-anak remaja yang lahir pada generasi ini harus merasakan tingginya biaya pendidikan dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi ini cenderung menuntut, tidak sabar, serta buruk dalam berkomunikasi dengan sesama. Survei yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa generasi ini memiliki kemampuan mengeja dan bahasa yang buruk. Generasi Y yang telah bekerja menunjukkan sikap yang cuek dan senantiasa bertentangan dengan peraturan kantor. Namun, generasi ini boleh dipuji untuk energi dan semangat bekerjanya yang luar biasa. Apakah generasi berhenti sampai di sini? Bagaimana dengan anak-anak yang lahir sesudahnya, yang lahir dengan segala ketersediaan sarana serta kemajuan teknologi? "Ya, inilah anak-anak Generasi Platinum. Generasi Platinum adalah terminologi yang diberikan kepada anak-anak yang lahir pada tahun 2000 ke atas atau awal abad ke-21," kata dia. Menurut Masykouri, jika diamati anak-anak kelahiran tahun 2000 memiliki karakter unik yang lebih ekspresif dan eksploratif selaras dengan arah perkembangan zaman. Bila diamati, kata dia, anak-anak Generasi Platinum memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengakses dan mengakomodir informasi sehingga mereka memiliki kesempatan lebih banyak dan terbuka untuk mengembangkan dirinya. Kelak, mereka pun dapat menggunakan potensinya untuk bertahan hidup. Bahkan juga menjadi manusia yang berkualitas dan produktif. Generasi sebelumnya memang sudah memiliki tingkat literasi teknologi yang tinggi, namun mereka hanya sebatas sebagai pengguna saja. Generasi Platinum adalah golongan yang memiliki orientasi sekaligus kemampuan berkarya sehingga dapat berperan sebagai produsen, kreator, ataupun inisiator. "Sesungguhnya ini tidak hanya untuk aspek teknologi saja, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan," kata dia. Namun, kata Masykouri, jika ditelaah anak yang lahir pada abad ke-21 adalah hasil `produksi` orang tua (lahir di tahun 70-an), yaitu generasi yang sudah memiliki keinginan untuk mengoptimalkan potensinya. Orang tua mereka adalah umumnya orang-orang yang berpendidikan tinggi. Alhasil, kemunculan generasi yang berbeda tak lepas dari pengaruh orangtuanya yang memiliki pandangan terbuka, dan lebih mudah menerima perubahan, terutama teknologi. Sementara itu, Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Indonesia (UI) Dr. Paulus Wirutomo mengatakan bahwa pemisahan generasi tidak bisa dipakemkan karena meliputi banyak aspek seperti kondisi sosial, ekonomi, termasuk informasi. Namun, perkembangan generasi bisa saja terjadi jika terjadi fenomena sosial yang mewabah artinya tidak dilihat dari lingkup yang kecil. "Karakter manusia di setiap generasi tidak berbeda jauh karena manusia dibekali dengan kemampuan adaptasti. Namun ada perkembangan generasi. Yang membedakan individu di setiap generasi ialah `life skills` yang dimiliki," kata Paulus Wirutomo. Hal senada dikemukakan sosiolog dari UI Drs Johannes Frederik Warouw MA. Dia mengatakan bahwa wajar terjadinya generasi pada setiap zaman akibat nilai baru dan nilai lama atau modifikasi kedua nilai itu. Setiap generasi, kata dia, pasti memiliki karakteristik manusia yang berbeda karena mereka selalu berhadapan dengan pandangan yang berbeda pula. "Perkembangan itu wajar, tetapi keberadaannya perlu diawasi berkaitan dengan nilai. Karena, bila tidak diawasi bisa jadi malah menghancurkan nilai-nilai yang sudah ada," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007