Medan (ANTARA News) - Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Istana Maimun di Medan, Rabu (19/12), tidak hanya sekedar melihat peninggalan sejarah yang memiliki budaya tinggi, melainkan juga mengangkat marwah warga Melayu Deli yang selama ini hampir saja terlupakan di negeri tercinta ini. Kunjungan Kepala Negara itu dapat dijadikan sebagai lembaran sejarah bagi warga Melayu, karena sejak berdirinya Istana Maimun pada 1888 baru kali inilah mendapat kunjungan dari seorang Presiden, ujar Kepala Urung Senembah Deli, Wan Buchari Muslim Baros gelar Kejeruan Senembah Deli, dalam perbincangannya dengan ANTARA di Medan, Kamis. Istana Maimun adalah bangunan yang penuh dengan nilai sejarah, indah dan megah yang didirikan Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam pada 26 Agustus 1888 dan sampai saat ini berdiri tegar dan kokoh di pusat kota Medan. Dalam catatan "Memoria Van Overage" dari Residen Sumatera Timur G.A Schere (1889) disebutkan bahwa Istana Maimun dibangun dengan biaya 100.000 gulden dengan arsitek bangsa Belanda bernama Kapten T.H. Van ETP. Dengan berdirinya Istana Maimin ditinjau dari suatu sisi merupakan suatu bukti bahwa bangunan itu membawa suatu rangkaian sejarah dari beberapa abad lalu yang menandakan adanya suatu pemerintahan yang berbentuk kesultanan, jauh sebelum Negara Republik Indonesia lahir. Wan Buchari menambahkan, warga Melayu perlu menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Yudhoyono atas kunjungannya ke Istana Maimun. Kunjungan orang pertama di republik ini diharapkan dapat memberikan angin segar serta memperoleh kemajuan bagi warga Melayu, sekaligus memberikan dorongan agar Istana Kesultanan Deli yang telah berusia 117 tahun itu dapat diperbaiki, sehingga peninggalan sejarah itu dapat tetap dikenang sepanjang masa oleh para generasi muda. Menurut dia, Istana Maimun merupakan peninggalan sejarah yang harus tetap dijaga keutuhannya serta dapat pula dilestarikan. "Istana Maimun yang memiliki nilai sejarah juga sangat dikenal di negara lainnya," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007