Tanjungpinang (ANTARA News) - Seniman Kepulauan Riau (Kepri) mengatakan, tari Zapin lebih berkembang di Malaysia ketimbang di Indonesia. Hoesnizar Hood, Jumat, mengatakan, Mohd Anis Md Nor yang merupakan koreografer asal Malaysia mengembangkan tari Zapin menjadi komoditas yang memilki nilai tinggi. Tari Zapin yang berkembang di Malaysia tidak hanya diperkenalkan di sekolah-sekolah, melainkan sudah dipertandingkan di antara perusahaan pada 2002. "Zapin Malaysia bisa berkembang pesat karena memiliki pasar," kata seniman Kepri itu di Tanjungpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Untuk mengimbangi klaim Malaysia terhadap Zapin, pada tahun 2006 pemerintah menggelar Bintan Zapin. Itu sebagai bentuk "perlawanan" yang ingin ditunjukan Kepri bahwa Zapin lebih dulu masuk ke kerajaaan Riau-Lingga. Meski demikian permasalahan tari Zapin berbeda dengan reog yang sekitar 150 tahun lalu dibawa masyarakat Jawa ke Malaysia. Ketika kerajaan Riau-Lingga hancur, para abdi kerajaan hijrah ke Johor Malaysia dan mengembangkan berbagai kebudayaan melayu di Malaysia. Tari Zapin dibawa oleh pedagang Islam dari Arab ke Indonesia. Kedua negara (Indonesia dan Malaysia) sama-sama memiliki pengaruh Islam yang kuat. Zapin di Kepri dan Malaysia sama-sama berkembang pada masa kejayaan kerajaan melayu. Prof Anis sendiri telah menerbitkan buku Zapin Melayu di Nusantara pada tahun 2000. Jadi kemungkinan Zapin diklaim milik Malaysia bisa saja terjadi. "Malaysia dan Kepri itu bertetangga dan sama-sama rumpun Melayu," katanya. Sedangkan perkembangan Reog Ponorogo dipengaruhi budaya Hindu. Malaysia tidak bisa mengklaim reog miliknya karena pengaruh Hindu tidak sampai di Malaysia. Bagi Hoesnizar, siapapun yang memiliki Zapin tidak menjadi permasalahan asal Zapin bisa dipertahankan dan dikembangkan. "Kenyataan yang ada pasar di Indonesia maupun Kepri belum bisa menerima tari Zapin," katanya. Budayawan Kepri, Bhinneka Surya alias Tok Mok merasa kuatir tari Zapin Pesisir milik Kepri akan diklaim Malaysia. Ia menyatakan, sejak tahun 1998, pihak Malaysia berupaya mempelajari dan berusaha merebut tari Zapin dari Indonesia. "Kami mencium aroma itu saat Prof Anis mengundang seluruh budayawan Indonesia ke Malaysia pada tahun 1998," ungkap Tok Mok di Tanjungpinang.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008