Surabaya (ANTARA News) - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur dinilai terbaik atau mendekati sempurna dalam penerimaan bintara, karena sangat transparan dan mementingkan kualitas dibanding kuota. "Kapolri menilai pelaksanaan penerimaan bintara di Polda Jatim paling mendekati sempurna," kata Deputi Sumber Daya Manusia (Desumdaman) Kapolri Irjen Pol Bambang H di Surabaya, Selasa. Ia mengemukakan hal itu saat mewakili Kapolri Jenderal Pol Sutanto untuk menghadiri Penentuan Kelulusan Sementara dalam penerimaan bintara 2008 di Mapolda Jatim yang dihadiri ratusan orangtua calon bintara. "Tidak hanya seleksi yang transparan, tapi Polda Jatim juga berani menerima 477 calon bintara, meski kuota bintara untuk Jatim adalah 492 orang. Polda Jatim tidak mau buru-buru mencapai kuota, tapi tak berkualitas," katanya. Hal itu, katanya, berarti Polda Jatim memakai parameter terbaik dan terbuka. "Mereka yang diterima akan dididik di SPN Mojokerto dan mereka akan ditempatkan di seluruh Jatim," katanya. Dalam sambutan di hadapan orangtua calon bintara, ia mengatakan sistem seleksi bintara yang transparan dan mencari yang terbaik itu dibutuhkan untuk menghadapi era global. "Era reformasi mengharuskan anggota Polres sering melayani unjukrasa dengan pengamanan dan bukan memeriksa demonstran," katanya dalam acara yang juga dihadiri aktivis LSM, DPRD, dan anggota TNI/Polri se-Jatim. Menurut dia, menjadi polisi juga bukan untuk mencari kekayaan, tapi melayani masyarakat sebaik mungkin, karena itu sistem di kepolisian diperbaiki sejak dari sistem penerimaan. "Jangan jadi polisi yang tukang peras atau main tembak, tapi jadilah polisi yang profesional, modern, dan bermoral. Itu akan diupayakan melalui sistem, sehingga siapa pun yang memimpin Polri akan tetap baik hasilnya," katanya. Di Jatim, animo peserta penerimaann bintara 2008 mencapai 7.821 orang, kemudian mereka diseleksi dalam lima tahapan (kesehatan, psikologi, akademis, kesehatan tahap ke-2, uji jasmani) dengan hasil akhir hanya 477 peserta yang terpilih. Ke-477 peserta yang terpilih itu diumumkan secara terbuka yang dihadiri Desumdaman Kapolri, LSM, DPRD, orangtua peserta, dan media massa, bahkan rangking pertama pada setiap Polwil juga diumumkan secara terbuka. Peserta rangking pertama antara lain Andy Hardiyansyah (putra sopir taksi di Surabaya), Rizky Assegaf (putra penjual soto ayam di Malang), Sandy Jaka Perdana (putra wiraswasta pertanian di Besuki), Eko Erfan Aprianto (putra sopir di PT Gudang Garam Kediri), dan sebagainya. "Saya tidak mengeluarkan biaya sama sekali sampai anak saya terpilih dengan rangking pertama," kata Ny Nur Isa, ibunda Andy Hardiyansyah, dari Karah, Surabaya, ketika ditanya Desumdaman Kapolri. Seorang anggota Polda Jatim yang anaknya masuk rangking pertama sempat "dipancing" Desumdaman Kapolri. "Sebutkan saja berapa juta yang sudah dikeluarkan, kalau memang mengeluarkan biaya akan saya ganti berapa juta pun," katanya, tanpa menemukan satu orangtua pun dari tujuh Polwil se-Jatim yang membayar.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008