Jakarta (ANTARA News) - Pasar masih mengharapkan bank sentral AS (The Fed) kembali menurunkan suku bunganya hingga menjadi 2,5 persen sampai akhir semester I 2008, sebagai salah satu cara menghindari terjadinya resesi di negara tersebut. Pasar masih mengharapkan The Fed menurunkan suku bunga patokannya secara gradual hingga di kisaran 2.5 persen, minimal pada akhir semester I 2008. "Jika hal ini dilakukan paling tidak bisa mendorong percepatan ekonomi AS untuk keluar dari krisis finansial," kata Director Country Economist Indonesia, Anton H Gunawan, dalam acara diskusi dengan Forum Wartawan Pasar Modal di Jakarta, Jumat. Dikatakannya, jika keinginan pasar tidak ditanggapi The fed, kemungkinan bisa memicu terjadinya resesi di AS. "Ya bisa saja pasar kecewa dan ini dapat memicu terjadinya resesi di AS," katanya. Ia berharap pada pertengahan tahun ini ada penyesuaian yang dilakukan The Fed maupun pemerintah AS, sehingga ekonomi AS dapat bergerak dan tumbuh kembali. Saat ini suku bunga The Fed berada pada level tiga persen. Meski begitu masih terdapat perbedaan pandangan sejumlah praktisi dan pengambil kebijakan di Amerika Serikat, apakah ekonomi AS pada tahun ini akan masuk resesi atau melemah. Namun keduanya tetap menimbulkan dampak yang hampir sama yakni turunnya permintaan secara global, terutama terhadap produk-produk komoditi dan produk berbasis tehnologi tinggi. "Akibatnya terjadi tren penurunan harga-harga komoditi, kecuali yang berbasis energi. Impor AS diproyeksikan menurun hingga 0.6 persen pada kuartal II 2008 dan 0.5 persen pada kuartal III 2008. Ini berarti terjadi penurunan ekspor dari negara-negara mitra dagang AS, termasuk Indonesia," katanya. Ia juga mengatakan dampak krisis "subprime mortgage" diperkirakan masih akan ada sepanjang 2008, namun sudah tidak terlalu signifikan. Dampaknya masih ada, namun skalanya tidak sebesar ketika Citigroup, Merryl Lynch, JP Morgan dan lembaga finansial raksasa lainnya mengumumkan kerugian mereka. "Masih ada beberapa lembaga finansial dunia di AS, Eropa dan Jepang yang kemungkinan masih akan mengumumkan kerugian akibat subprime mortgage," ujarnya. Menurutnya negara-negara pasar baru tumbuh, termasuk Indonesia, yang terkena dampak krisis AS, bisa melindungi diri atau meminimalisir dampak dari kemungkinan adanya dampak lanjutan. Krisis itu akan ditransformasikan melalui dua pintu, yakni pasar finansial dan mekanisme ekspor-impor. "Jika Indonesia bisa mengoptimalkan pengawasan di dua pintu tersebut, dampaknya akan bisa diminimalisir, meskipun tidak akan hilang sama sekali. Indonesia mempunyai komoditi alam dan sumber energi, dua sumber daya itu yang akan survive ketika krisis terjadi. Indonesia bisa memaksimalkan potensi ini untuk memperkuat ekonomi dalam negeri," paparnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008