Jakarta (ANTARA News) - Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) mungkin akan termasuk dalam enam kasus yang diajukan oleh Indonesia untuk memulai program Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative yang digagas oleh Bank Dunia. "Tidak tertutup kemungkinan. Ini kan baru dirumuskan, untuk kumpulkan data-data larinya uang itu," kata Hendarman di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat. Menurut dia, tim yang dibentuk untuk menyiapkan enam kasus tersebut dan diketuai oleh Asisten Khusus Jaksa Agung, Budiman Rahardjo, saat ini tengah bekerja untuk mengumpulkan data-data. Hendarman menambahkan, ia akan memprioritaskan kasus BLBI yang sudah lama tersimpan dan sulit untuk dikejar asetnya untuk menjadi bagian dari program StAR. Sebagai Presiden Konvensi PBB Antikorupsi (UNCAC) yang melibatkan 104 negara, Hendarman mengatakan, ia juga akan menggunakan posisinya untuk bekerjasama dengan negara lain guna mengejar aset negara yang dilarikan ke luar negeri. "Sekarang kan saya Presiden UNCAC yang bawahi 104 negara, jadi di mana pun disimpan uang itu, akan saya tindaklanjuti," ujarnya. Pada pertemuan antara Kejaksaan Agung dan Bank Dunia di sela-sela Konferensi Antikorupsi Sedunia di Bali pada awal Februari 2008, Bank Dunia meminta Kejagung untuk menyiapkan enam kasus untuk memulai program StAR. Menurut rencana, program pemberian bantuan teknis untuk melacak dan mengembalikan aset negara yang dilarikan ke luar negeri itu akan dimulai pada Maret 2008. Namun, dengan alasan kepentingan keberhasilan pengembalian aset, Hendarman saat itu menolak untuk merinci enam kasus dan kerugian negara yang dapat dikembalikan dari kasus tersebut. "Kalau saya sebutkan sekarang, nanti uangnya keburu hilang," ujarnya. Melalui program StAR tersebut, Kejagung berharap kemampuan teknis untuk pengembalian aset dapat ditingkatkan. "Akan ada workshop untuk enam kasus tersebut. Program StAR akan meningkatkan kemampuan Kejagung untuk melacak aset dan juga membantu kerja sama bantuan hukum di negara-negara penyimpan aset," kata Hendarman. Indonesia adalah negara pertama yang menyatakan diri bergabung dengan program StAR, hanya satu minggu sejak program itu diluncurkan pada September 2007. Program StAR hanya menyediakan bantuan teknis bagi negara pencari aset untuk melacak kekayaan negara yang dilarikan oleh koruptor, tanpa memberikan data-data aset tersebut. Wakil Presiden Bank Dunia, Danny Leipziger, pada acara khusus pembahasan StAR Initiave di konferensi kedua negara peserta UNCAC di Bali mengakui belum bisa menjamin keberhasilan StAR karena merupakan program yang baru diluncurkan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008