Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Menteri Negara BUMN Sofyan A Djalil, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh untuk membantu sepenuhnya Perum LKBN Antara dalam menjalankan tugasnya sebagai kantor berita nasional terkemuka dan independen. "Peran LKBN Antara itu sangat penting. Saya minta semua menteri terkait untuk bisa membantu dan mencarikan solusi agar Antara bisa menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara efektif sebagai kantor berita nasional," kata Kepala Negara dalam rapat kabinet terbatas di Jakarta, Kamis, yang khusus membahas pengembangan Perum LKBN Antara. Rapat yang dimulai pukul 11.00 WIB di Kantor Presiden itu dihadiri oleh enam menteri Kabinet Indonesia Bersatu, yaitu Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menteri Koordinator Perekonomian Boediono, Menkopolhukam Widodo AS, Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh, Menteri Negara BUMN Sofyan A Djalil, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dari Perum LKBN Antara hadir Direktur Utama Ahmad Mukhlis Yusuf, Direktur Pemberitaan merangkap Direktur Keuangan Saiful Hadi, Direktur Umum dan SDM Rajab Ritonga, dan Direktur Komersial Rully Charis. Dari Dewan Pengawas hadir Henry Subiyakto (Ketua) dan Asro Kamal Rokan (anggota). Presiden mengatakan dirinya memberikan perhatian penuh kepada pengembangan Perum LKBN Antara. Paling tidak, selama masa jabatannya Susilo Bambang Yudhoyono sudah tiga kali mengadakan pertemuan khusus mengenai Antara. Pada 22 Mei 2006, Presiden bersama Wapres mengundang 10 menteri untuk membahas status badan hukum Antara yang akhirnya pada 18 Juli 2007 ditetapkan sebagai Perusahaan Umum. "Ini untuk ketiga kalinya kita bertemu. Saya juga sempat datang ke kantor Antara pada hari ulang tahunnya dan bertemu dengan para wartawan dan kepala bironya dari seluruh Indonesia," kata Kepala Negara yang beberapa kali mengatakan keberadaan kantor berita perjuangan itu sangat penting. Sebagai Perum, LKBN Antara mendapatkan tugas untuk penyebaran informasi publik dan informasi kebijakan pemerintah, kenegaraan dan kemasyarakatan, baik nasional maupun internasional melalui bidang jurnalistik. Pada saat HUT Antara tahun 2006, Presiden meminta agar Antara menjadi kantor berita kelas dunia yang sejajar dengan kantor berita transnasional. "Sebelum Antara bisa menjalankan tugasnya dengan efektif dan memberikan kontribusinya kepada negara dan bangsa, menteri terkait harus mencarikan solusi dan membantunya," kata Yudhoyono. Sebelumnya, Dirut Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf melaporkan perkembangan LKBN Antara setelah menjadi Perusahaan Umum dan misi baru kantor berita itu untuk menciptakan masyarakat yang berbasis pengetahuan. Terhadap laporan tersebut, Presiden meminta semua pihak mendukungnya. Jurnalisme positif Dalam rapat kabinet terbatas itu, Presiden kembali menegaskan ajakannya kepada media untuk membangun jurnalisme positif dengan mengajak masyarakat agar dapat lebih optimis melihat masa depan bangsa. Presiden menegaskan kembali imbaunnya pada Hari Pers Nasional awal Februari 2008 agar media turut bertanggungjawab dalam mewujudkan masyarakat baru yang memiliki jati diri dan karakter yang kuat melalui peran pers yang beretika. Presiden menyebutkan, esensi peran pers tersebut sebagai jurnalisme positif (positive journalism). Jurnalisme positif menekankan peran pers sebagai peran pencerahan, dimana berbagai komponen bangsa melakukan berbagai perbaikan dan pers mendorong agar bangsa bangkit untuk menjadi bangsa yang maju dan terhormat.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008