Semarang (ANTARA News) - Umat beragama diharapkan dapat meneladani semangat yang terkandung dalam tradisi Nyepi umat Hindu sebagai bentuk pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Umat beragama, terutama umat Nasrani perlu meluangkan waktu untuk hening dan lepas dari hiruk pikuk sehari-hari sehingga dapat menemui serta mendengarkan suara Allah dalam keheningan," kata Uskup Agung Semarang Johannes Pujasumarta di Semarang, Jumat.

Menurut dia, keheningan menjadi kebutuhan mendasar bagi umat manusia, bahkan saat ini ada berbagai macam cara untuk meninggalkan sejenak kesibukan masing-masing dengan melakukan yoga, meditasi, atau retret.

"Berbagai cara tersebut dilakukan oleh manusia untuk mendekatkan diri dengan Tuhan," ujarnya.

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah Abu Hapsin yang dihubungi terpisah mengharapkan agar semua tindakan dan ritual yang dilakukan oleh setiap umat beragama, khususnya umat Hindu yang merayakan hari raya Nyepi ini dapat meningkatkan kejernihan diri.

"Dengan begitu, seluruh umat manusia akan menyadari dan menemukan jatidirinya sendiri serta lebih dekat dengan Tuhan," katanya.

Kesalehan sosial seseorang, kata dia, tidak mungkin dapat dilakukan tanpa diawali dengan kesalehan pribadi.

Hari raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1937 tahun ini jatuh pada 21 Maret 2015, sedangkan upacara "Tawur Agung Kesanga" menyambut hari raya Nyepi digelar di Pelataran Candi Siwa, Kompleks Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat ini.

Pada hari raya Nyepi, umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api atau tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).

Reporter: Wisnu Adhi N
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015