Mataram (ANTARA) - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) terus berjuang memasang infrastruktur kelistrikan di daerah-daerah terpencil di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

"Membangun infrastruktur listrik ke daerah-daerah terpencil tidak semudah membangun listrik di wilayah-wilayah perkotaan yang memiliki akses mudah. Tapi kami terus berjuang," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTB, Rudi Purnomoloka, di Mataram, Kamis.

Ia mengatakan para petugas menyeberangi laut dan sungai, melewati bukit dan pegunungan agar dapat melistriki masyatakat di lokasi-lokasi terpencil.

Salah satunya adalah Dusun Punik, Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa. Petugas PLN UIW NTB mulai bekerja keras membangun jaringan listrik ke daerah pedalaman tersebut sejak Mei 2019.

Dusun Punik merupakan dusun yang berada di sekitar kawasan KPHP Batulanteh. Di huni oleh sekitar 180 jiwa dengan mayoritas mata pencaharian penduduk dari hasil perkebunan, khususnya kopi dan kemiri.

Rudi menyebutkan akses jalan menuju daerah itu rusak, ditambah banyaknya tanjakan dan turunan yang curam menjadikan waktu tempuh ke Dusun Punik sekitar 1 jam 30 menit dari pusat Kota Sumbawa.

"Medan ke Dusun Punik itu sangat sulit, ada tanjakan yang sangat curam, kemiringan mencapai 40 derajat dan melewati hutan. Kalau angkut tiang pakai truk itu harus sangat berhati-hati," ujarnya.

Setelah tiang tertanam, kata dia, pembangunan akan dilanjutkan dengan pemasangan kabel jaringan tegangan menengah (JTM) dan jaringan tegangan rendah (JTR).

Untuk melistriki Dusun Punik, PLN akan membangun JTM sepanjang 8,2 kilometer sirkuit (kms), JTR sepanjang 1 kms, dan 1 buah gardu berkapasitas 160 kilovolt Ampere (kVA).

"Proses pembangunan tiang masih berlangsung, namun saat ini sudah hampir masuk Punik. Kami mengharapkan pembangunan dapat selesai pada akhir 2019," ucap Rudi.

Sementara itu, Sekretaris Desa Batudulang, Rasidi berharap jaringan listrik dapat segera terbangun dan mengalirkan listrik ke Dusun Punik.

"Masyarakat tentunya sangat berharap listrik bisa segera masuk ke Punik. Kalau ada kesulitan PLN pasti kami bantu," tutur Rasidi.

Saat ini, warga Dusun Punik masih menggunakan genset hasil swadaya masyarakat untuk bisa menerangi rumahnya pada malam hari.

Untuk membeli genset, setiap warga membayar iuran sebesar Rp400 ribu. Warga juga membayar iuran sebesar Rp100 ribu untuk membeli bahan bakar setiap bulannya.

"Itu hanya untuk penerangan, maksimal tambah dengan televisi. Listriknya pun hanya menyala dari pukul 18.00 sampai dengan 06.00 WITA," tutur Rasidi.

Pewarta: Awaludin
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019