Jakarta (ANTARA News) - Pelukis cat air Sasya Tranggono menggelar pameran lukisan bertajuk "Endless Love" (Cinta Abadi) di Kemang Village, Jakarta, Minggu -- yang dikatakannya untuk menunjukan kecintaan dan kebanggaan dirinya kepada Tanah Air tercinta -- dengan menampilkan sebanyak 48 lukisan yang didominasi gambar bunga dan kupu-kupu. Seusai acara pembukaan pamerannya yang terkait dengan Hari Kartini, Sasya mengatakan kepada wartawan bahwa lukisan bunga ditampilkan untuk menggambarkan kodrat wanita yang lembut dan indah, sementara kupu-kupu dikaitkan dengan metamorfosa diri. "Keharuman bunga kami jadikan pegangan dalam menyebarkan keharuman nama bangsa, sementara kupu-kupu merupakan simbol metamorfosa diri agar menjadi insan yang dapat mengembangkan nama bangsa tercinta," kata Sasya. Pembukaan pameran tersebut mendapat perhatian besar dari para kolektor serta pencinta seni lukis. "Sasya merupakan salah satu pelukis cat air yang saat ini karyanya menjadi `trendsetter` bagi para pelukis cat air Indonesia," kata pencinta seni yang juga pengusaha properti, Ciputra. Pameran akan berlangsung selama dua pekan. Lukisan-lukisan beraliran "modern arts" itu banyak menampilkan teknik lukisan timbul dengan menempelkan berbagai batu permata pada gambar, antara lain batu cytrine, aquamarine, jade dan amethyst. Menurut Sasya, pameran tunggal ("solo exhibition") tersebut adalah yang kesepuluh kalinya, setelah sebelumnya dia mengadakan pameran tunggal di dalam serta luar negeri, antara lain di Belanda tahun 2003, Singapura (2006), Malaysia (2006) dan Filipina (2007). Sasya merupakan putri dr Retno Iswari Tranggono, pemilik perusahaan kosmetik Ristra. Pelukis kelahiran Jakarta tahun 1963 itu, memperdalam seni lukis di Vrije Academie Rotterdam serta Te Werve Shell Art Club, Belanda, tahun 1995. Dia juga banyak belajar dari pelukis kenamaan Belanda Hans Kemmer untuk teknik lukisan cat air, pada Ben Stolk ( minyak, cat air dan mix), dan pada Jose Moons (sutra). Selain itu, dia juga berguru pada pelukis Indonesia, Benny Setiawan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008