Jakarta, 26/4 (ANTARA) Tidak ada konspirasi dan rekayasa dalam pendudukan gedung DPR/MPR 19 - 21 Mei 1998. Demikianlah pesan yang ingin disampaikan oleh Heru Cokro, penulis buku "Pendudukan Gedung DPR/MPR", saat "soft-launching" buku tersebut pada Jumat (26/4) di Jakarta. Heru menambahkan bahwa bila teori konspirasi selalu berasumsi bahwa kaum elit adalah pelaku utama yang selalu merekayasa situasi, maka pendudukan DPR/MPR amat sukar untuk disebut sebuah rekayasa karena banyaknya faksi mahasiswa yang terlibat dalam proses pendudukan tersebut dan lenturnya koordinasi di antara mereka saat itu. Heru, yang kebetulan merupakan pemimpin aksi pendudukan 1998 tersebut, kemudian menjelaskan bahwa struktur aksi pada saat itu tidak terkoordinasi dengan ketat dan relatif kacau, mengingat beragamnya latar belakang kelompok mahasiswa yang hadir saat itu. "Semuanya berlangsung secara reaktif tanpa ada rekayasa" Heru menegaskan. Sejalan dengan isi buku itu, Heru pun menceritakan bagaimana situasi psikologis yang terjadi ketika ia ditunjuk sebagai koordinator jenderal lapangan dalam aksi pendudukan tersebut, "Banyak hal yang tidak diduga, semua berjalan alamiah. Saya sendiri bahkan melewati proses yang nyaris kebetulan untuk menjadi koordinator jenderal saat itu," katanya menambahkan. Menjawab pertanyaan, kenapa aparat membiarkan mahasiswa masuk ke dalam gedung, Heru menceritakan bahwa pendudukan Gedung DPR/MPR itu dilakukan oleh sekitar 80.000 mahasiswa dan berpuncak ketika demonstrasi di Monas gagal dilakukan oleh Amien Rais. Aparat keamanan pada situasi tersebut tidak banyak melakukan tindakan represif, mereka hanya berjaga-jaga dan hanya melakukan beberapa tindakan preventif. Menurut Heru, tindakan tersebut dilakukan karena situasi pasca penembakan Trisakti dan kerusuhan Mei 1998 membuat aparat terkesan lebih berhati-hati dan berupaya tidak menimbulkan gejolak sosial baru. "Tindakan aparat cenderung kompromis, karena situasi saat itu berpotensi menimbulkan kerusuhan baru. Apalagi jika mahasiswa ditahan di luar gedung DPR/MPR". Oleh karena itulah akibatnya mahasiswa dibiarkan berhari-hari berada di DPR". Di akhir peluncuran tersebut, Heru mengingatkan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk tidak melupakan perjalanan reformasi, karena perjuangan reformasi hingga usianya yang ke 10 tahun, masih banyak menyisakan agenda yang belum terselesaikan.

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2008