Harga kambing di negara asal pengungsi suaka ternyata sangat murah
Jakarta (ANTARA) - Para pencari suaka mengenang perayaan Idul Adha di kampung halaman masing-masing setelah kini mereka harus tinggal di penampungan bekas Kodim Kalideres Jakarta Barat dalam keprihatinan.

Salah satu warga Muslim asal Afganistan, Shakila (40) yang sudah tinggal di Indonesia selama empat tahun mengaku ia dan keluarganya merindukan untuk merayakan Idul Adha di negaranya.

“Kami beli baju baru, memasak masakan yang enak, berkunjung ke rumah saudara, salat di masjid,” kenangnya.

Di Afganistan, ia mengaku selalu berkurban satu hingga lima kambing  setiap tahunnya untuk dibagikan kepada orang-orang. Menurutnya, harga kambing di negaranya murah sehingga setiap orang bisa berkurban banyak.

Baca juga: Imigran hentikan demo lantaran menghargai HUT Republik Indonesia

Baca juga: Indonesia dorong UNHCR selesaikan masalah pengungsi

Baca juga: Pencari suaka tuntut tanggung jawab UNHCR


Di rumahnya, ia melanjutkan,  juga kerap memasak masakan spesial dan khas Afganistan untuk sanak keluarganya yang berkunjung.

Sementara muslim lainnya asal Sudan, Adam Ali (28) mengakui merindukan bertemu keluarga besar saat Idul Adha.

“Setelah salat kami maaf-maafan. Saya berkunjung ke rumah saudara dan mereka juga berkunjung ke rumah saya,” kata Adam.

Sama halnya dengan Shakila, Adam juga mengatakan harga kambing dan sapi di Sudan bisa dikatakan murah sehingga orang Muslim di sana banyak yang mampu untuk berkurban.

Ia bercerita kalau biasanya berkurbankan kambing yang ia pelihara sejak hewan itu masih kecil untuk kemudian disembelih di rumahnya saat Hari Raya Idul Adha tiba.

“Di rumah kami ada banyak domba,” kata Adam yang membawa istri dan bayinya bersama ke Indonesia.

Namun kini, Shakila, Adam, dan 1.000 para pencari suaka itu tidak lagi bisa merayakan Idul Adha di kampung halaman karena ia masih menunggu untuk bisa dipindahkan oleh Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) menuju negara tujuan masing-masing.

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019