LONDON, (ANTARA News) - Boleh saja Chelsea menebar pesona dan tidak henti mendongkrak kepercayaan diri karena bertanding di kandangnya sendiri, namun striker Liverpool Fernando Torres ingin mengisahkan sebuah dongeng di semifinal laga Liga Champions. Torres bagaikan mengadopsi kisah dalam legenda Yunani kuno mengenai awal mula dunia diciptakan, karena dirinya "mempercayai" bahwa yang ada hanyalah kekosongan, suatu jurang yang dalam dan gelap, tidak ada apa-apa. Yang ada hanyalah Khaos. Jagat sepakbola bagaikan relung kegelapan dan kekosongan, karena tidak ada orang yang mengetahui persis hasilnya. Meski kegelapan menyelimuti bumi, dunia bersinar karena ada Cinta (Eros). Laga antara Chelsea melawan Liverpool yang digelar di Stamford Bridge pada Rabu waktu setempat atau Kamis dinihari WIB seakan memenuhi takdir dari Perang Para Dewa yang dikisahkan dalam legenda Yunani itu. Bila Torres ingin mendongeng, maka dirinya tidak ingin menuturkan kisah kepahlawanan yang tanpa makna, tanpa isi apapun. Pasalnya, kehadiran Torres menumbuhkan kepercayaan diri Liverpool untuk membuat dan mencapai langkah-langkah berarti, utamanya menghadapi Liga Champions. Ia telah menyarangkan sejumlah gol dalam menapaki musim kompetisi ini. Pemain asal Spanyol itu banyak menerima pujian dari pers sebagai pemain yang memang pantas tampil di kompetisi laga elite Eropa. Inilah kesempatan baginya untuk membuktikan dirinya memang pantas menyandang predikat tersebut. Ia menyadari betul bahwa timnya kini berjuluk "underdog" karena rekor pertemuan di Stamford Bridge justru melegitimasi keperkasaan Chelsea. Chelsea mengoleksi kemenangan sebanyak 39 kali, sedangkan Liverpool meraih kemenangan 15 kali. Keduanya bermain imbang 15 kali. Ini belum terbilang kenangan pahit ketika John Arne Riise melakukan gol bunuh diri yang menguntungkan Chelsea dan mengakibatkan pertandingan berakhir imbang 1-1 pada leg pertama pekan lalu. Ketika menghadapi situasi itu, kehadiran Torres justru menghembuskan angin segar. Mantan pemain depan Atletico Madrid itu mengatakan, "Saya ingin tampil bermain menghadapi barisan belang Chelsea yang diisi oleh John Terry dan Ricardo Carvalho. Mereka tentu bakal memberi perlawanann yang sengit." "Saya ingin coba merespons barisan belakang Chelsea dengan mencetak gol. Setiap pemain bermimpi tampil di Liga Champions. Saya telah menyaksikan tayangan pertandingan lewat televisi dan kini saya berperan serta di dalamnya." "Saya memungut sejumlah kenangan manis saat mencetak gol di San Siro. Kami mengalahkan Inter Milan dengan 1-0 dan menang 4-0 atas Marseille. Saya bahkan melesakkan gol ketika kami menang 4-2 saat melawan Arsenal." "Dan saatnya memberi perlawanan kepada Chelsea. Saya tidak menjawab pertanyaan sendiri. Saya hanya mengatakan bahwa saya harus berjuang keras ketika membela panji Liverpool." Tertantang Kritik Sementara itu, manajer Chelsea Avran Grant bukan tanpa masalah. Dia sedang berada di ruang tembak para pendukung setia Chelsea. Aneka kritik dilontarkan kepada manajer asal Israel itu. Dan Grant seakan tertantang membuktikan bahwa dirinya mampu mencetak prestasi baik di Liga Utama Inggris maupun di Liga Champions. Grant memerlukan dukungan sepenuhnya dari pemain sekaliber Frank Lampard. Gelandang tim nasional ini diharapkan tampil setelah sebelumnya absen karena sedang berduka dengan kematian ibunya. Lampard akan berduet dengan gelandang asal Jerman Ballack untuk mengukuhkan lini tengah Chelsea, demikian diwartakan AFP. Penampilan Ballack menunjukkan grafik naik. "Kemenangan membuat kami punya kepercayaan diri. Kami akan menunjukkannya ketika tampil dalam laga pada Rabu nanti. Kami akan tampil beda dengan laga sebelumnya." "Saya yakin kami tengah segar bugar. Kami tampak lebih baik ketimbang tim lainnya di Liga Champions. Kami ingin sampai ke final." (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008