Dukungan kebijakan makroprudensial ini untuk mendorong produksi dan daya ekspor
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia memberi sinyal akan segera merelaksasi kebijakan makroprudensial guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi domestik yang masih dirintangi perlambatan pertumbuhan ekspor dan investasi sebagai imbas gejolak perekonomian global.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Senin, mengatakan, dukungan kebijakan makroprudensial ini untuk mendorong produksi dan daya ekspor dari sektor-sektor prioritas seperti industri manufaktur dan pariwisata.

"Dari sisi kebijakan yang lain, kita masih punya kebijakan makroprudensial yang terus akan kita lihat ke depannya. Saya belum bisa katakan di sini," ujar Dody.

Dody masih enggan menjelaskan lebih detail. Namun, dia menegaskan bahwa ruang kebijakan BI saat ini baik dari sisi moneter maupun makroprudensial akan dimanfaatkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi, dengan catatan target pencapaian BI untuk menjaga stabilitas perekonomian tidak terganggu.

Adapun sejak 2018, ketika kebijakan suku bunga acuan diperketat, BI melonggarkan kebijakan makroprudensial secara sebagai kompensasi adanya rezim kenaikan suku bunga acuan hingga 1,75 persen menjadi enam persen. Di antara "obral" kebijakan makroprudensial sejak 2018 itu adalah relaksasi uang muka properti atau loan to value (LtV) dan pelonggaran kemampuan intermemdiasi perbankan melalui rasio intermediasi makroprudensial (RIM) yang dinaikkan menjadi batas atas 94 persen. Kebijakan ini juga ditujukan untuk mengangkat laju pertumbuhan kredit perbankan.

Selain kebijakan makroprudensial, Dody juga menjanjikan stimulus untuk mendorong perekonomian melalui kebijakan sistem pembayaran, di antaranya dengan mengembangkan industri finansial berbasis teknologi (fintech) untuk memudahkan transaksi dan konsumsi masyarakat.

"Selain itu, jangan lupa BI memiliki peranan yang besar dari sisi UMKM dan syariah. Jadi mendorong partisipasi pelaku ekonomi menjadi lebih banyak. Ekonomi tumbuh lebih inklusif, lebih membawa banyak pelaku ke dalam perekonomian," kata dia.

Adapun BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi domestik pada 2019 dapat berada di kisaran 5,0-5,4 persen. Pelonggaran kebijakan makroprudensial dan moneter melalui transmisi likuiditas dan suku bunga diharapkan BI dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi dan mendorong pertumbuhan kredit perbankan ke 12 persen (year on year/yoy).

Baca juga: BI sebut devaluasi Yuan China tidak semakin gerus ekspor RI
Baca juga: Rupiah menguat seiring peluang penurunan kembali suku bunga acuan BI
Baca juga: Perang dagang memanas, modal asing masuk RI capai Rp179,6 triliun


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019