Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa implementasi Making Indonesia 4.0 yang digagas Indonesia sebanding dengan kebijakan bisnis dan perdagangan di Eropa melalui studi yang diluncurkan European Business Chambers of Commerce (EuroCham) berjudul Transforming Indonesia Economy Toward Industry 4.0.

"Studi yang dilakukan oleh EuroCham ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Indonesia dalam pengembangan Making Indonesia 4.0. Jadi, relatif mempunyai tingkat kebijakan yang comparable (sebanding) dengan negara-negara lain,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Senin.

Penelitian yang digarap EuroCham membahas empat sektor, yakni manufaktur dan industri 4.0, otomotif, farmasi, serta sumber energi baru yang semua didukung oleh Internet of Things (IoT).

“Dari sektor-sektor yang dibahas tersebut, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia sudah mirip dengan apa yang dilakukan negara-negara di Eropa,” ungkap Menperin.

Airlangga mencontohkan, kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan sektor manufaktur dan industri 4.0

, Pemerintah Indonesia baru saja menerbitkan regulasi tentang pemberian insentif bagi perusahaan yang menjalankan program pendidikan dan pelatihan vokasi serta melakukan kegiatan
penelitian dan pengembangan. Ini tertuang pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2019.

“Negara-negara di Eropa juga memberikan super tax deduction hingga 200 persen untuk perusahaan yang terlibat dalam program pendidikan vokasi. Kemudian memberikan insentif bagi perusahaan yang menciptakan inovasi dari hasil litbangnya, dengan potongan sampai 300 persen,” tuturnya.

Airlangga menyebutkan, pada pengembangan sektor industri otomotif, mengenai pembangunan klaster yang sudah dilakukan di Indonesia, juga sudah mirip dengan yang dilakukan di negara-negara Eropa.

Bahkan, kebijakan yang berkaitan dengan mendorong produksi kendaraan beremisi rendah seperti yang sedang dilakukan pula negara-negara Eropa saat ini.

Terkait pengembangan industri kimia, yang juga menjadi salah satu sektor prioritas dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, Pemerintah Indonesia juga ikut belajar dari Eropa.

“Apa yang dilakukan oleh Indonesia sudah sejalan, dan ini menjadi tantangan kita semua ke depan, tentu yang digenjot kebijakan yang sejalan dengan para investor,” ungkapnya.

Ketua EuroCham Corine Tap mengatakan, tujuan utama penelitiannya adalah untuk meningkatkan daya saing Indonesia khususnya pada sektor manufaktur. Hal tersebut juga untuk memacu agar
Indonesia menjadi tujuan investasi yang akan mendukung agenda pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan.

"Keseluruhan studi kasus dan praktik terbaik dalam penelitian ini dikumpulkan dari serangkaian survei dan wawancara. Tidak hanya dengan perusahaan anggota EuroCham yang telah berinvestasi dan beroperasi di Indonesia, tetapi juga pemangku kepentingan lainnya termasuk pemerintah Indonesia," ungkapnya.

Corine berharap, penelitian EuroCham dapat digunakan sebagai referensi untuk diskusi lebih lanjut terhadap proses pembentukan kebijakan untuk mencapai tujuan Making Indonesia Industry 4.0.

"EuroCham percaya dialog terbuka dan konstruktif yang berkelanjutan antara para pemangku kepentingan, pembuat kebijakan, dan juga penanam modal dari sektor swasta akan lebih jauh mentransformasikan perekonomian nasional," tandasnya.

Baca juga: Kemenperin: Inovasi litbang genjot ekspor dan produktivitas industri

Baca juga: Presiden TEFLIN: Revolusi industri 4.0 tidak bisa diabaikan

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019