Warga menuntut perbaikan transportasi umum terlebih dahulu ketimbang revitalisasi trotoar
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah warga DKI Jakarta sampai saat ini masih mempertanyakan kaitannya pelaksanaan revitalisasi  trotoar di sejumlah lokasi yang disebut-sebut pemerintah setempat sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas udara.

Sesuai Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019,  Dinas Bina Marga DKI Jakarta menargetkan revitalisasi di lima wilayah DKI Jakarta rampung tahun ini, revitalisasi tersebut dipercepat untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta.

Selain untuk mendorong warga beralih menggunakan transportasi umum, Pemprov DKI Jakarta ingin meningkatkan kenyamanan warga berjalan kaki di 25 ruas jalan protokol, arteri, dan penghubung ke angkutan umum massal pada 2020.

Namun rencana pemerintah  tersebut menuai beragam tanggapan dari masyarakat. Sebagian besar mempertanyakan kaitannya pembangunan trotoar dengan perbaikan kualitas udara.

Salah satunya Malik (27) warga yang tinggal di sekitar Jalan Otista Raya, Jakarta Timur yang mempersoalkan hal tersebut. Meskipun menyatakan apresiasinya atas langkah gubernur  merevitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Otista Raya namun menurutnya untuk memperbaiki kualitas udara tidak hanya sekedar memperbaiki trotoar.

“Langkah Gubernur untuk memperbaiki trotoar disepanjang jalan termasuk program yang bagus, tapi kalau dengan memperbaiki trotoar terus polusi udara jadi baik sepertinya itu gak masuk yak,” kata Malik.

Malik menilai untuk memperbaiki kualitas udara perbaikan trotoar harus dibarengi dengan perbaikan kualitas dan pelayanan transportasi pada transjakarta.

Baca juga: Pekerjaan revitalisasi pedestrian Sudirman mulai bongkar trotoar

Baca juga: Konsistensi lajur diharapkan urai kemacetan Cikini

Baca juga: Pemprov DKI utamakan pejalan kaki dalam pelebaran trotoar


“Ini nantinya sudah diperbaiki terus kan maksudnya biar masyarakat jalan kaki, kantor saya di Jalan Sudirman, nah kita disuruh jalan kaki ke kantor?, ya harusnya mulai sekarang diperbaiki dulu itu transportasinya,” kata Malik.

Berbeda halnya dengan salah satu karyawan di kawasan Jalan Otista Raya, Usman (43), ia mengatakan nanti jika trotoar sudah jadi perlu pengawasan oleh petugas.

“Nanti pemerintah sudah keluarkan uang banyak, setelah selesai pembangunan (trotoar) di pakai sama orang untuk cari duit. Untuk bengkel, untuk parkir, untuk dagang,” kata Usman.

Usman menilai revitalisasi trotoar di sepanjang jalan Otista tidak akan memperbaiki kualitas udara di kawasannya.

“Mana ada hubungannya perbaikan trotoar dengan kualitas udara, kalaupun Gubernur mau itu metromini, kopaja, angkot kandangin, terus perbanyak transjakarta biar orang-orang naik transjakarta,” kata Usman.

Pewarta: Galih Pradipta
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019