apa yang bisa pemerintah lakukan lewat kegiatan sail tersebut untuk bisa mendorong kesejahteraan nelayan
Jakarta (ANTARA) - Ajang Sail Nias 2019 diharapkan tidak hanya terfokus kepada sektor pariwisata tetapi juga lebih kepada bagaimana memperoleh upaya yang efektif dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan dan anggota keluarganya yang ada di sekitar lokasi kegiatan.

"Soal sail ini, orientasinya memang bisnis pariwisata, jadi saya kritik keras kalau ada statement bahwa sail ini sebagai bagian dari menghidupkan budaya bahari," kata Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Susan Herawati Romica, di Jakarta, Senin.

Menurut Susan, seharusnya perhelatan yang ada menempatkan nelayan sebagai aktor penting dalam budaya bahari, sehingga mereka tidak terkesan hanya menjadi penonton.

Sekjen Kiara berpendapat bahwa dalam acara seperti Sail Nias, tampak lebih penting agenda promosi pariwisatanya ketimbang membangkitkan rasa bangga dengan menggunakan perahu nelayan.

"Nelayan harus menjadi tuan rumah, jadi ya acaranya harus soal kehidupan nelayan, menjadi nelayan seperti apa, dan apa yang bisa pemerintah lakukan lewat kegiatan sail tersebut untuk bisa mendorong kesejahteraan nelayan," ucapnya.

Sebagaimana diwartakan, Puncak acara Sail Nias 2019 rencananya akan disandingkan dengan gelaran final kejuaraan selancar dunia dari Liga Selancar Dunia untuk seri kedua Nias Pro yang akan digelar pertengahan September mendatang.

Asisten Deputi Budaya, Seni dan Olah Raga Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Kosmas Harefa yang dihubungi di Jakarta, Jumat (9/8), mengatakan seri sail kali ini memang berbeda dengan sail pada umumnya yang didominasi pelayar atau yachter.

“Khusus Sail Nias, sejak awal ditetapkan Pak Menko (Luhut Pandjiatan), memang beda dengan sail yang lain. Kalau sail lain pada puncak acara disandingkan dengan para yachter, khusus Nias disandingkan dengan peselancar internasional,” katanya.

Kosmas menjelaskan alasan puncak acara Sail Nias tidak melibatkan para yachter yaitu karena kondisi ombak pada bulan September yang tidak memungkinkan bagi kapal layar (yacht) untuk berlayar.

Meski demikian, para pelayar telah mendapat kesempatan untuk ikut menikmati Nias dalam Nias Yacht Rally yang diadakan Mei lalu. Kegiatan tersebut juga masuk dalam tangkaian kegiatan Sail Nias 2019.

“Umumnya ombak yang kondusif untuk yachter itu sekitar Maret-Juli. Sekitar September di Nias tidak memungkinkan yachter datang,” lanjutnya.

Sebelumnya, Ketua Harian Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) Moh Abdi Suhufan menyatakan, pengembangan wisata bahari yang terkait dengan penyelenggaraan Sail Nias 2019 diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Menurut Abdi Suhufan, hal tersebut dapat dilakukan dengan menentukan segmentasi pasar yang akan dikembangkan dalam bidang wisata bahari Nias apakah mau membidik khususnya wisatawan mancanegara atau domestik.

Selain itu, ujar dia, Kementerian Pariwisata juga diharapkan perlu membantu inisiasi program pemberdayaan masyarakat sadar wisata di Nias.

Program pemberdayaan sadar wisata tersebut, lanjutnya, dapat dilakukan secara rintisan untuk 1-2 desa agar menjadi pembelajaran dan percontohan."Ini akan menjadi cikal bakal pariwisata di sana," katanya.


Baca juga: Sail Nias 2019 dorong Nias dikenal komunitas "yachter"
Baca juga: Rumah penduduk akan dijadikan akomodasi saat Sail Nias
Baca juga: Pengamat: Masyarakat mesti peroleh manfaat penyelenggaraan Sail Nias

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019