Tripoli, Libya (ANTARA) - Penerbangan dihentikan di Bandara Internasional Mitiga di Ibu Kota Libya, Tripoli, sebab pasukan yang berafiliasi kepada Khalifa Haftar melanggar gencatan senjata yang dicapai untuk menghormati Idul Adha.

Semua penerbangan dibekukan sampai pemberitahuan lebih lanjut sebab bandar udara itu mengalami  serangan roket, untuk kedua kalinya, kata laman Facebook Operasi Burkan Al-Ghadab pimpinan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA).

Menurut pernyataan tersebut, itu adalah pelanggaran gencatan senjata kedua --yang telah diusulkan oleh PBB dan diterima baik oleh komandan Khalifa Haftar --pemimpin pasukan Libya Timur-- dan GNA.

Pelanggaran pertama gencatan senjata oleh pasukan Haftar terjadi ketika mereka menyerang satu permukiman di dekat bandar udara dengan tembakan artileri dan roket secara membabi-buta.

Pada 29 Juli, Ghassan Salame, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB, menawarkan gencatan senjata antara kedua pihak di Libya untuk merayakan Idul Adha.

Turki dan Uni Eropa juga menyambut baik seruan itu dan menyampaikan dukungan buat usul Salame, kata Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin.

Pada awal April, pasukan yang setia kepada Haftar melancarkan serangan untuk merebut Tripoli dari pasukan yang bersekutu dengan GNA, yang diakui PBB.

Bentrokan antara kedua pihak sejak itu telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan melukai sebanyak 5.500 orang lagi, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Libya telah dirongrong kerusuhan sejak 2011, ketika penguasa lama Muammar Gaddafi digulingkan dan tewas dalam aksi perlawanan berdarah dukungan NATO setelah empat dasawarsa berkuasa.

Negara yang kaya akan minyak tersebut telah menyaksikan kemunculan dua pemerintah yang bersaing: satu di Libya Timur, tempat Haftar telah berafiliasi, dan satu lagi GNA --yang berpusat di Tripoli dan mendapat pengakuan PBB.

Baca juga: Pemerintah Libya setujui gencatan senjata selama Idul Adha

Baca juga: Bandara Mitiga Libya kembali beroperasi setelah dihantam misil

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019