Kediri (ANTARA News) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri, Jawa Timur menyerukan kepada perusahaan media, baik lokal maupun nasional agar menghentikan eksploitasi terhadap para jurnalis di daerah. "Tenaga mereka dieksploitasi habis-habisan, namun tidak ada kejelasan status dari perusahaan serta upah yang mereka dapatkan pun di bawah standar kebutuhan hidup layak," kata Ketua AJI Kediri, Dwijo Utomo, dalam refleksi Hari Buruh se-Dunia di Kediri, Kamis. Menurut dia, hal itu sangat ironis, karena perusahaan media yang selama ini menyuarakan kepentingan publik, malah menerapkan sistem perbudakan terhadap tenaga kerjanya, terutama yang ada di daerah. "Yang lebih menyedihkan lagi, selama ini jurnalis di daerah tidak mendapatkan jaminan keselamatan, entah itu berupa asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan, maupun asuransi jiwa," katanya didampingi Ketua Divisi Serikat Pekerja AJI Kediri, Imam Mubarok dan Ketua Divisi Advokasi, Hari Tri Wasono. Menurut Diwjo, kenyataan ini mengakibatkan buruh media bernasib lebih tragis ketimbang buruh-buruh lainnya yang bekerja di berbagai sektor industri. "Jurnalis dalam masyarakat kapitalistis termasuk buruh yang diperas keringatnya, sama dengan buruh manufaktur, pertambangan, jasa, dan sebagainya," kata wartawan Tempo itu. Namun, modal dan kekuasaan telah menjadikan tirani yang semakin hari semakin mengikis nilai-nilai kehidupan jurnalis sebagai manusia yang bekerja di tengah tuntutan kesetiaan kepada publik. Oleh sebab itu, AJI Kediri menyampaikan tuntutan kepada perusahaan media, yakni pemberian upah yang layak, penghapusan sistem kerja kontrak dan "outsourching", serta pembentukan serikat pekerja media. "Selain itu, kami juga meminta rekan-rekan untuk menolak segala bantuan yang diberikan narasumber yang dapat mengebiri kebebasan pers," kata Dwijo Utomo menegaskan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008