Kalau kita bisa menggerakkan ini semua, maka kita tidak akan bergerak sendirian
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, untuk menghadapi revolusi industri generasi keempat yang berbasis digital perlu terobosan melalui pendekatan mobilisasi dan orkestrasi.

"Menghadapi dunia 4.0 kita harus menghadapinya dengan ilmu 4.0. Kita harus melakukan pendekatan mobilisasi dan orkestrasi karena dunia ini telah dikuasai oleh langkah-langkah yang bersifat mobilisasi, tetapi mobilisasi yang berdampak negatif," kata Rhenald Kasali di Jakarta, Rabu.

Dia mencontohkan Gerakan 212, tanda pagar Ganti Presiden, uninstall Bukalapak, uninstall Gojek, dan save for Audrey yang ramai di media sosial beberapa waktu lalu adalah gerakan mobilisasi negatif.

Baca juga: Tata kelola jadi titik lemah Indonesia hadapi revolusi industri 4.0

"Begitu kita melihat tagar (tanda pagar), kita melihat langkah mobilisasi. Alangkah indahnya dunia ini kalau Indonesia mulai melakukan langkah mobilisasi untuk menggerakkan sumber daya manusia unggul," ujarnya.

Rhenald menuturkan pendekatan mobilisasi yang baik sejauh ini telah dilakukan Ruang Guru. Bimbingan belajar daring (online) ini berupaya meningkatkan kualitas guru dan meningkatkan kualitas orang tua dalam mendidik anak-anak di Indonesia.

Selanjutnya, bentuk mobilisasi yang juga dapat digunakan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 adalah crowdfounding—metode penggalangan dana melalui internet—di luar Anggaran Pembelanjaan Negara (APBN). Hal ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat untuk menggerakkan pendidikan dan menggerakkan kerja produktif.

"Kalau kita bisa menggerakkan ini semua, maka kita tidak akan bergerak sendirian," ucapnya.

Adapun pendekatan orkestrasi, lanjut Rhenald, berupa perusahaan digital yang hanya memiliki sedikit karyawan pada level pemilik perusahaan tetapi mampu menghidupi banyak orang, seperti Airbnb dan Gojek.

"Dalam bidang pendidikan, saya kira kita bisa menggerakkan orang-orang yang mempunyai panggilan dan mempunyai kualitas pendidikan, sehingga ia tidak hanya mengajar di ruang kelas tetapi ilmunya bisa disebarluaskan ke seluruh Indonesia dalam bentuk massive open online course," ujarnya.

"Pendekatan-pendekatan ini saya kira bisa kita gunakan asalkan kita mau memberi ruang yang besar kepada kaum muda," tambahnya.

Baca juga: Pemerintah dorong ekonomi kreatif jadi industri digital unggulan
Baca juga: Masalah kesehatan masih jadi momok di era Revolusi Industri 4.0

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019