Jakarta, (ANTARA News) - Aktor Deddy Mizwar mengatakan film Indonesia seharusnya lebih beragam karena nusantara memiliki akar budaya yang beragam sebagai inspirasi dalam membuat film. "Kita bangsa yang majemuk dan sangat dinamis. Jadi seharusnya film Indonesia memang beragam, tidak seperti sekarang yang menonjol hanya tentang hantu-hantuan dan komedi seks," katanya dalam diskusi "Mencari Wajah Film Indonesia" di Jakarta, Minggu. Bintang film Nagabonar tersebut mengatakan keragaman tema film merupakan bagian dari demokratisasi di dunia perfilman Indonesia. Film yang memiliki unsur demokratis dapat mengajarkan masyarakat tentang semangat demokrasi sekaligus belajar menghargai hasil karya orang lain. Diskusi tentang perfilman ini merupakan gagasan aktor Alex Komang dan Slamet Raharjo dari Teater Populer. Selain Deddy Mizwar, pembicara lainnya adalah Mira Lesmana, Arswendo Atmowiloto, dan Tommy F Awuy. Alex Komang mengatakan diskusti tersebut diangkat karena akhir-akhir ini marak film-film Indonesia dengan judul bahasa asing, film yang temanya seperti film India, dan film yang bercorak kebarat-baratan. "Wajah film Indonesia yang dimaksud adalah nilai-nilai seperti apa yang ada dalam film Indonesia, apakah sudah menunjukkan identitasnya sebagai film yang mengangkat budaya sendiri atau yang merupakan hasil akulturasi budaya dengan bangsa lain," katanya. Sementara itu Mira Lesmana mengatakan diperlukan keberanian untuk bicara "jujur" dalam menggarap sebuah film. Artinya, seorang kreator harus berani mengangkat nilai-nilai kedaerahan yang dimilikinya sehingga dapat mewarnai wajah perfilman Indonesia. "Selama 10 tahun saya berproses dalam film dan hingga kini masih berupaya menemukan wajah film Indonesia. Saya rasa keragaman adalah kuncinya, kita tidak harus seragam kok dalam menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan dalam film. jangan takut untuk bicara jujur dalam film," katanya. Mira mencontohkan kesuksesan film"Petualangan Sherina" merupakan salah satu film yang menggunakan kejujurannya. Film ini dibuat dengan menggali unsur yang dekat dengan masyarakat Indoensia sehingga akan mudah diterima penonton. Diskusi yang berlangsung di Sanggar Teater Populer Jalan Kebon Pala, Tanah abang, Jakarta Pusat ini menurut Alex akan digelar setiap bulan dengan mengangkat tema-tema yang berbeda. Diskusi tidak hanya seputar film, namun diarahkan pada tema kesenian dan kebudayaan.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008