Ambon (ANTARA) - Empy Pelamonia dan Anies Pelamonia, dua atlet peraih medali emas di kejurnas atletik 2019  yang viral karena diberitakan tidur di bawah kolong stadion Mandala Remaja Karangpanjang Ambon telah diselesaikan secara kekeluargaan.

"Saya mencoba memfasilitasi KONI, PASI, serta kedua atlet dan pelatih untuk berbicara dan dianggap selesai di ruang rapat kadis, dan masalah ini juga telah disampaikan ke komisi D DPRD Maluku," kata Kadispora Maluku, Semy Huwae di Ambon, Jumat.

Menurut dia, masalah dua atlet itu terjadi pada akhir pekan lalu dan diviralkan di media-media masa, dan kadispora mengaku tidak tahu kalau dua atlet ini minta tinggal di asrama PPLP.

Empy Pelamonia adalah peraih medali emas di nomor lari 800 meter putera sedangkan Anies Pelamonia meraih medali emas di nomor 1.500 meter putera dan medali perunggu pada nomor 5.000 meter putera di kejurnas atletik 2019.

"Mereka bilang ke pelatih sebelum pulang ke Haria, nginap di asrama PPLP tetapi sebetulnya kalau atlet yang sudah lulus PPLP tidak boleh masuk lagi sesuai SOP, namun karena pertimbangan kemanusiaan lalu dimasukan saja ke situ," jelas Semy Huwae.

Hari pertama mereka tidur, dan hari kedua dikunjungi saudaranya lalu bercerita sampai larut malam di luar pagar PPLP, sementara jam tidur atlet dibatasi sehingga saat mereka mau masuk lagi tidak bisa karena pintu sudah terkunci.

"Akhirnya mereka memilih tidur di tempat transit yang disebut media tidur di bawah kolong tribun Stadion Mandala Remaja Karangpanjang Ambon, jadi saya kira tidak ada unsur kesengajaan dan kita berikan perhatian dengan menjemput mereka saat kembali dari Jakarta sebagai bentuk apresiasi atas penghormatan mereka dan juga kebanggaan kami," katanya.

Wakil ketua komisi D DPRD Maluku, Johan Rahantoknam mengakui sudah mendapat penjelasan KONI maupun Dispora Maluku dan dianggap selesai karena tidak ada unsur kesengajaan mereka ditelantarkan, apalagi mereka memilih menunggu saudaranya di tempat transit.

Keduanya masuk asrama PPLP pada hari Jumat, (9/8) dan esoknya menjemput saudara mereka lalu ngobrol sampai pukul 24:00 WIT sehingga tidak bisa masuk sebab ada SOP.

Sementara ketua harian KONI Maluku, Agus Lomo menjelaskan, terkait berita dua atlet yang sekarang lagi viral di sosial media ini dijelaskan bahwa tidak ada sedikit pun kebijakan dari KONI untuk menempatkan kedua atlet tersebut di tempat seperti itu.

"Seluruh kebutuhan dan fasilitas dari KONI kepada PASI sesuai ketersediaan anggaran yang sementara ini masih belum memadai, tetapi kami sudah memberikan kebutuhan yang diperlukan kepada mereka dalam rangka mengikuti Kejurnas atletik maupun untuk Pra PON," tandas Agus.

Dia juga membantah KONI dan pihak terkait lainnya terkesan baru mengambil langkah setelah viral di sosial media bahwa mereka sudah diterlantarkan.

Dikaktakan, penanganan cabang olahraga itu diserahkan kepada pengprov masing-masing cabor dan itu didasarkan rapat anggota pada Februari 2019 lalu, bahwa menyongsong kejurnas maupun Pra PON itu diserahkan ke masing-masing cabor.

Karena memang ada keterbatasan anggaran di KONI sehingga itu telah disepakati bersama, dalam rangka mempersiapkan berbagai cabang olahraga ke Pra PON seperti pemusatan latihan dan sebagainya.

"Kami hanya ada dalam batasan memfasilitasi keberangkatan tim dan berbagai kebutuhan lainnya," tegasnya.

KONI sampai hari ini serius dalam mempersiapkan seluruh cabor dan para atlet yang dipersiapkan dan ketika mereka bergabung di Pra PON ini untuk masuk PON 2020, dan kalau pun mereka mau hengkang maka ada aturan yang mendasar untuk dipedomani oleh setiap atlet yang hijrah ke daerah lain.

Mereka juga sangat mengapresiasi seluruh cabor, termasuk kedua atlet ini dan terus terang saja mereka saat ini sesuai informasi yang diterima dari PASI belum bisa dipastikan lolos ke PON karena masih berada pada tingkat junior.

Tetapi KONI tetap mendorong mereka mempersiapkan diri sehingga nanti limit waktu yang ditetapkan oleh PB PASI dan mereka masuk dalam 12 besar, maka KONI Maluku berharap seperti itu.

"Kami menganggap seluruh informasi yang viral di masyarakat baik dalam bentuk cemooh bagi KONI ini positif sebagai bentuk kecintaan masyarakat dalam membangun olahraga di Maluku," katanya.

Persoalan membangun olahraga di Maluku sudah klasik, dan Agus mengaku pernah menjadi atlit, jadi pelatih dan memimpin PON enam kali, dan seorang atlet harus menjadikan pelatih sebagai orang tua dan tempat mengadu seluruh persoalan mereka.

Baca juga: Selain seleksi SEA Games 2019, PASI pakai Kejurnas untuk pra-PON 2020

Baca juga: PASI: minat lari jarak pendek 100 meter meningkat


 

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019