Balikpapan (ANTARA News) - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merasa ragu bahwa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan diumumkan pemerintah dalam waktu dekat akan dapat mengakibatkan turunnya subsidi BBM senilai Rp25 triliun, demikian anggota DPR dari Fraksi PDIP, Emir Moeis. "Subsidi mau dipotong Rp25 triliun. Namun, dari jumlah Rp25 triliun itu ternyata sebanyak Rp14 triliun dipakai untuk BLT (Bantuan Langsung Tunai). Kalau demikian, penurunan subsidi tidak Rp25 triliun," ujarnya di Balikpapan, Selasa, saat mendampingi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, Megawati Soekarnoputri, yang berkunjung sehari ke Kalimantan Timur (Kaltim). Oeh karena itu, Emir Moeis yang juga merupakan Ketua Panitia Anggaran DPR mempertanyakan rencana pemerintah untuk menghemat subsidi senilai Rp25 triliun itu. Ketika ditanya wartawan tentang produksi minyak mentah Indonesia, Emir menjelaskan, lifting (produksi minyak siap jual) sekarang adalah 970.000 barel per hari, namun Menteri Keuangan (Menkeu) mengatakan bahwa lifting yang riil hanya sekitar 870.000 hingga 880.000 barel per hari. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2008 menetapkan produksi minyak mentah adalah di atas sedikit sejuta barel per hari. Emir mengharapkan, mulai tahun 2010 akan terdapat tambahan minyak sekitar 100.000 barel per hari dari Cepu dan ladang Tangguh di Papua. Dia mengatakan, penyebab turunnya produksi minyak mentah di Indonesia antara lain karena sumur-sumur tidak dipelihara secara baik. Ketika ditanya wartawan tentang dampak negatif kenaikan harga BBM, dia mengemukakan, khawatir bisa muncul orang-orang miskin baru. Walaupun banyak rakyat miskin yang akan mendapat BLT, secara riil kemampuan ekonomi mereka tidak bertambah baik apalagi BLT tidak akan selamanya diberikan. Emir mengatakan jika nanti BLT sudah disalurkan dan kemudian Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan survei ekonomi, pemerintah bisa mengklaim bahwa jumlah orang miskin di tanah air sudah berkurang karena mereka sudah mendapat BLT. "Akan muncul orang-orang miskin yang baru," kata Emir sambil mengungkapkan kekhawatirannya pada dampak negatif kenaikan harga BBM, bila harga BBM itu ternyata dinaikkan lagi oleh pemerintah jika harga minyak mentah melonjak hingga 170 dolar AS per barel. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008