Surabaya (ANTARA) - Pengamat politik asal Universitas Airlangga Surabaya Airlangga Pribadi menilai masalah Papua membutuhkan penanganan yang komprehensif dan tidak bisa diselesaikan dengan instan.

"Menyelesaikan konflik di Papua tidak hanya melibatkan unsur-unsur pemerintah, tapi juga seluruh masyarakat Indonesia," ujarnya kepada wartawan usai diskusi publik "Merawat Kebhinnekaan, Tangkal Ekstrimisme dengan Memperkuat Kesadaran ber-Pancasila" di kampus B Unair Surabaya, Rabu.

Menurut doktor ilmu politik lulusan Murdoch University itu, untuk memecahkah persoalan Papua yang paling penting adalah pemahaman tentang masyarakat Papua, baik dari sisi sosial, budaya maupun politik.

"Mereka adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang harus diperlakukan sebagaimana sesama anak bangsa, sebagai warga negara yang harus dihormati, yang memiliki hak-hak sipil dan politik dan menjadi bagian dalam naungan NKRI," ucapnya.

CEO The Initiative Institute tersebut menilai peristiwa Papua itu mengingatkan pentingnya membangun penghormatan atas Kebhinnekaan yang kini belum disadari oleh berbagai pihak.

Selain itu, kata dia, yang paling penting ketika menghormati kebangsaan adalah pengamalannya dan bisa muncul respek serta tidak bersikap rasialis terhadap sesama anak bangsa.

"Saya yakin Papua bisa damai, apabila kita mampu memahami persoalan manusia," kata dosen FISIP Unair tersebut.

Di tempat sama, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Najib Hamid mengakui perlunya langkah-langkah untuk menanamkan nilai toleransi dan kebhinekaan di kehidupan masyarakat, termasuk di kehidupan kampus.

Mantan komisioner KPU Jatim tersebut juga mendukung perlunya kembali menanamkan nilai-nilai Pancasila melalui penataran P4 seperti dulu.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019