Jakarta (ANTARA) - Lalu lintas ekspor getah karet selama empat setengah tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang cukup tajam sehingga menunjukan bahwa Indonesia adalah produsen karet alam terbesar kedua di dunia.

"Data BPS menunjukkan volume dan nilai ekspor getah karet kita untuk periode 2014-2018 meningkat tajam dari 31,2 ribu ton menjadi 53,2 ribu ton. Atau dengan kata lain jumlahnya meningkat signifikan sekitar 70 persen," Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Sudi Mardianto dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Menurut Sudi, meningkatnya ekspor karet Indonesia merupakan hasil kerja keras petani karet yang selama ini terus menjaga kualitas. Karena itu, produksi yang ada mampu menembus pasar dunia seperti negara India dengan nilai transaksi mencapai15,4 juta dolar AS atau sebesar 27,23 persen dari total ekspor getah karet.

Selain itu, ada juga negara tujuan Vietnam dengan nilai transaksi mencapai 12,9 juta dolar AS. "Kita juga mengekspor ke negara China dengan nilai transaksi mencapai 8,3 juta dolar AS. Kemudian ekspor ke negara tetangga Singapura sebesar 3,3 juta dolar AS dan Bangladesh sebesar 2,5 juta dolar AS," katanya.

Sudi menjelaskan, transaksi nilai ekspor karet meningkat tajam dari 37 juta dolar AS menjadi 56,6 juta dolar AS atau naik sekitar 53 persen. "Peningkatan ini juga merupakan implementasi kebijakan dan program terobosan Kementerian Pertanian yang memangkas sejumlah regulasi ekspor dan mempermudah proses perijinan," katanya.

Faktanya, getah karet Indonesia terus menunjukan nilai yang kompetitif di pasar nasional maupun internasional. Ke depan, lanjut Sudi, produksi getah karet diprediksi akan semakin meningkat produksi dan kualitasnya seiiring dengan dilaksanakannya program peremajaan kebun karet rakyat melalui program BUN500.

Agar manfaat ekonomi getah karet dapat dinikmati lebih besar oleh petani, upaya peningkatan nilai tambah juga harus dilakukan.

"Salah satu upaya yang kami sarankan adalah dengan mengundang investor untuk membangun industri pengolahan karet di daerah sentra perkebunan rakyat. Upaya ini secara operasional akan menggunakan pendekatan korporasi, sehingga petani karet dapat manfaat yang besar dari pengolahan getah karet yang dihasilkan," katanya.

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian saat ini tengah memacu peningkatan produksi komoditas perkebunan dengan meluncurkan program BUN500. Program tersebut dibuat untuk mengembalikan kejayaan komoditas perlebunan Indonesia dalam menopang perekonomian rakyat secara nasional.

Sebab, Ketersediaan benih unggul dipastikan mampu memenuhi kebutuhan, terutama untuk perkebunan rakyat.

Kegiatan dukungan perbenihan perkebunan ini melalui APBN-P 2017 dan 2018, menyediakan benih bermutu tanaman perkebunan.

Selain itu, pemerintah juga akan membangun kebun sumber benih dalam bentuk kebun entres maupun kebun induk penghasil biji selama kurun waktu 2020-2024. Diharapkan program yang telah direncanakan ini dapat dicapai dengan baik mulai dari mutu teknik maupun mutu genetik.

Baca juga: Lebih dari seribu ton karet dari Tanjungpinang diekspor ke lima negara

Baca juga: BI : Harga karet diperkirakan membaik pada 2020

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019