Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL) menyatakan dukungannya terhadap kenaikan harga rata-rata bahan bakar minyak (BBM) dalam waktu dekat, namun hanya sampai sebatas 20 persen atau maksimal 25 persen. "Bila tidak dinaikkan maka struktur APBN-P akan `habis` untuk subsidi BBM, pangan dan listrik hingga tidak cukup tersisa untuk menjalankan pemerintahan secara efektif," kata Ketua MPEL Budi Sudarsono di Jakarta, Jumat. Keputusan untuk melakukan kenaikan harga rata-rata BBM itu, ia menerangkan, harus secara perlahan dan bertahap sampai suatu saat rata-rata harga domestik BBM mendekati titik keekonomian, yakni sekitar lima persen setiap triwulan, mulai 1 Oktober 2008. Ia juga mengingatkan, sebagian penerimaan kenaikan BBM harus dikembalikan dalam bentuk lain guna membantu meringankan beban hidup masyarakat miskin. "Sedangkan program bidang energi lainnya seperti diversifikasi, pengalihan dari minyak tanah ke gas, peningkatan bahan bakar gas (BBG) untuk sektor transportasi, peningkatan efisiensi energi serta konservasi energi, perlu tetap dilanjutkan," kata mantan Deputi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) itu. Ia juga mengatakan, harga BBM tersebut tidaklah cukup tanpa disertai upaya dan kebijakan harga lainnya, khususnya terkait penyelesaian tuntas masalah harga energi dalam negeri. Penetapan harga energi domestik yakni BBM, gas dan listrik, urainya, perlu dilakukan berdasarkan nilai kalor setiap jenis energi sehingga dalam jangka waktu dua sampai tiga tahun tidak ada lagi insentif untuk melakukan pengoplosan dan penyelundupan. Penetapan harga energi domestik, ujarnya, juga perlu dilakukan secara merata untuk seluruh wilayah RI, atas dasar pengertian bahwa biaya operasional perusahaan energi di luar Jawa-Bali mendapatkan subsidi-silang internal dari biaya operasional perusahaan di dalam wilayah Jawa-Bali. Sedangkan penetapan harga batubara dan gas untuk ekspor diserahkan kepada mekanisme pasar internasional, tetapi untuk keperluan domestik ditetapkan setiap triwulan sekitar 5 persen di bawah harga internasional, tambahnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008