Jakarta, (ANTARA News) - Sejumlah politisi dari tiga partai politik besar yakni Partai Golkar, PDI Perjuangan, dan PPP merasa kehilangan atas kematian seniman dan politisi Sophan Sophiaan. "Saat ini susah mencari figur seperti beliau," kata Sekretaris Jenderal DPP PPP Irgan Chairul Mahfiz di Jakarta, Sabtu, mengomentari wafatnya Sophan Sophiaan. Sophan Sophiaan (64) meninggal dunia di Rumah Sakit Sragen Jawa Tengah setelah mengalami kecelakaan saat mengendarai motor besar dalam kegiatan keliling daerah memperingati Seabad Kebangkitan Nasional. Irgan mengaku kehilangan atas kepergian Sophaan yang dikenalnya sebagai seniman dan politisi yang santun, komunikatif, berkarakter, dan memberi contoh kehidupan keluarga yang baik, harmonis, dan bebas isu. "Beliau juga dikenal teguh memegang prinsip, memiliki semangat nasionalisme yang tinggi," katanya. Sementara politisi dari Golkar Ferry Mursidan Baldan tampak terkejut dan kehilangan atas kematian suami aktris Widyawati itu. "Almarhum adalah politisi yang bersahaja, tidak menampakkan diri sebagai orang tenar, dan memiliki nurani dalam mengambil sikap," kata Ferry yang juga Wakil Ketua Komisi II DPR-RI. Dalam kesahajaannya, katanya, Sophan dikenal sebagai figur yang kerap bersilaturahmi tanpa sekat kepada berbagai kalangan. "Selamat jalan abangku tercinta, doa kami semoga abang mendapat tempat sebagai hamba Allah yang saleh. Kami akan melanjutkan cita-cita abang yag menuranikan politik Indonesia sebagai kebahagiaan rakyat," kata Ferry yang menganggap Sophan sebagai kakaknya. Sementara itu Said Abdullah dari Fraksi PDI Perjuangan DPR merasa kehilangan tokoh seperjuangan yang selama hidupnya mampu memberikan inspirasi bagi banyak orang. "Sophan adalah orang yang berpikir, bertindak berdasarkan nuraninya," katanya. Ia menyebut Sophan sebagai contoh tokoh yang konsisten antara ucapan dan perbuatan. "Selamat jalan tokoh idealis," katanya. Sedangkan Haryanto Taslam yang juga pernah bergiat di PDI Perjuangan mengatakan bahwa Sophan merupakan figur politisi yang berkarakter. "Ia teman seperjuangan yang teguh, konsisten, dan tidak kenal menyerah dalam menegakkan kebenaran yang diyakininya," kata Haryanto Taslam. Sophan pernah menjadi anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan tetapi mengundurkan diri karena merasa praktik politik di lembaga legislatif itu tidak sesuai dengan hati nuraninya. Sophan yang lahir di Makassar 26 April 1944 dan anak dari mantan Dubes RI di Rusia Manaii Sophiaan (almarhum) kemudian bergiat di Partai Demokrasi Pembaharuan bersama Laksamana Sukardi, Roy BB Janis, Arifin Panigoro, dan sejumlah mantan pengurus PDI Perjuangan pada 2005. Sebagai seniman, Sophan mengawali karir sebagai pemain film pada 1971 dalam film berjudul "Lisa". Ia dikenal pula sebagai sutradara film seperti "Jinak-Jinak Merpati" (1975), "Jangan Ambil Nyawaku" (1981), "Arini Masih Ada Kereta yang Lewat" (1987). Hingga kini sinetron berjudul "Elang" (2008) yang dibintangi Sophan masih ditayangkan di salah satu televisi swasta. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008