Saya minta maaf karena harus mundur, tetapi kami terus mengupayakan agar kompensasi ini dapat segera diberikan kepada masyarakat,
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) terus mendata warga yang terdampak tumpahan minyak dari anjungan lepas pantai di Karawang, Jawa Barat, antara lain untuk pembayaran kompensasi, serta terus berupaya mengatasi masalah tumpahan minyak tersebut.

Ketua Tim Penanganan Dampak Eksternal Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) Rifky Effendi di Jakarta, Senin, menyatakan pada saat ini pihaknya terpaksa menunda pembayaran kompensasi karena masih melakukan pendataan kepada masyarakat.

"Saya minta maaf karena harus mundur, tetapi kami terus mengupayakan agar kompensasi ini dapat segera diberikan kepada masyarakat," kata Rifky Effendi.

Ia memaparkan, pihaknya telah menggunakan berbagai peralatan untuk melakukan pembersihan pesisir pantai bekerja sama dengan masyarakat setempat.

Baca juga: Legislator: upaya penghentian tumpahan minyak Pertamina sudah tepat

Selain itu, ujar dia, sejumlah kawasan yang terdampak selain perairan Karawang juga di perairan Bekasi, Kepulauan Seribu, Serang, serta Cilegon.

Terkait dengan pendataan, Rifky mengungkapkan bahwa hal tersebut telah dilaksanakan hingga mencapai lebih dari 90 persen. "Kami masih memerlukan pendataan terkait berapa total warga dan titiknya," katanya.

Sementara itu, terkait dengan penutupan sumur YYA-1 di perairan Karawang, PHE ONJW menyatakan optimistis bila berjalan lancar, maka penutupan tersebut dapat dilakukan sebelum 8 Oktober 2019.

Sebelumnya, upaya maksimal menutup sumur YYA-1 di Laut Utara Jawa, terus dilakukan oleh Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ).

VP Relations Pertamina Hulu Energi (PHE) Ifki Sukarya dalam rilis di Jakarta, Jumat (23/8), menyatakan, saat ini pengeboran relief well YYA-1RW, telah menembus kedalaman 6.390 feet atau 1947 meter atau dari target 9.000 feet atau 2.765 meter.

Baca juga: Ratusan TNI/Polri masih bantu bersihkan tumpahan minyak di Karawang

"Kami akan mengontrol sumur YYA-1 melalui sumur baru YYA-1RW ini, sehingga nanti bisa secepatnya menutup sumur agar tidak lagi menumpahkan minyak," ujar Ifki.

Menurut dia, pengeboran sumur secara miring ini membutuhkan akurasi tinggi karena harus mencari dan menemukan lubang sumur YYA-1. Setelahnya, baru dipompakan lumpur berat ke dalam sumur baru dengan tujuan mematikan sumur YYA-1.

PHE ONWJ memakai perusahaan well control kelas dunia untuk mematikan sumur YYA-1 itu yakni Boots & Coots. Perusahaan asal AS itu telah berpengalaman dan terbukti menghentikan insiden serupa sumur YYA-1, dengan skala jauh lebih besar di Teluk Meksiko.

"Nanti, setelah sumur YYA-1 dinyatakan mati akan dilakukan monitoring selama 24 jam penuh sebelum dilanjutkan ke proses plug and abandon atau penutupan sumur secara permanen," tegasnya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019