Kondisi kabut asap yang kini mengkhawtirkan itu,
Kota Pekanbaru (ANTARA) - Warga Kota Pekanbaru, Provinsi Riau yang mengalami iritasi mata akibat pertikel yang terbawa oleh kabut dan asap dampak kebakaran hutan dan lahan di kota itu terus bertambah.

"Saya kemarin merasa sakit kepala, mata terasa gatal lalu saya kucek-kucek, dan malah membengkak bahkan untuk berkedip saja susah. Berdasarkan diagnosa dokter spesialis mata, mata saya mengalami iritasi akibat kabut asap," kata Imel Aurora (38), Pegawai salah satu BUMN di Pekanbaru, Senin.

Baca juga: Sekolah di Pekanbaru belum diliburkan meski asap Kahutla kian parah

Menurut Imel, selain dirinya pada pemeriksaan kesehatan pada dokter yang sama juga banyak yang datang memeriksakan kesehatan mata mereka dengan kasus penyakit yang sama.

Setelah pemeriksaan oleh dokter di RS Awal BRos tersebut, tambahnya dirinya diberi obat minum dan obat tetes mata selain itu dianjurkan untuk rajin mengompres dengan air hangat, serta dianjurkan untuk tetap menjaga stamina.

"Kondisi kabut asap yang kini mengkhawtirkan itu, saya disarankan dokter untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, tetap menjaga stamina agar tetap selalu 'fresh' serta banyak minuam air putih," jelasnya.

Baca juga: TK di Pekanbaru dipulangkan akibat asap Karhutla

Disamping itu, setelah obat habis diminum sampai lima hari dan jika masih merasakan sakit, katanya dokter menganjurkan dirinya untuk melakukan kontrol ulang.

Oleh krena itu, Imel bersama warga lainnya di kota itu meminta Gubernur Riau untuk segera bertindak tegas terhadap para pelaku pembakar hutan, agar korban yang terdampak kabut asap tidak terus bertambah.

Sebelumnya Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Kota Pekanbaru, Maisel Fidayesi mengungkapkan sejumlah warga Kota Pekanbaru kini diserang berbagai penyakit akibat terpapar kabut dan asap dampak pembakaran hutan dan lahan.

"Selain ISPA kini warga Kota Pekanbaru juga mengalami asma, iritasi mata, iritasi kulit dan lainnya. Namun demikian penyakit ISPA masih dominan menyerang warga kota itu dibandingkan dengan jenis penyakit lainnya yang menyerang masyarakat daerah itu pasca ditetapkannya Riau dengan status siaga darurat asap beberapa hari lalu," jelasnya.

Berdasarkan pantauan hotspot melalui satelit Terra-Aqua Modis sejak 19 hingga 25 Agustus 2019 terdapat 804 titik api, sedangkan confidance diatas 70 persen ada 402 titik. Dari grafik terlihat jelas hotspot terus meningkat, puncaknya pada 23 Agustus 2019 hotspot mencapai 300 titik.

Aldo, Staf Advokasi dan Kampanye  Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) menyebutkan selain hotspot, Jikalahari juga memantau Indek Standar Pencemaran Udara di Kota Pekanbaru, hasilnya sejak 19-25 Agustus 2019, di stasiun KLHK-PKU Tenayan Raya ISPU PM 03 dengan nilai 222 yang artinya, Sangat Tidak sehat.

Baca juga: BEM Unri bagi masker gratis kurangi dampak asap

 

Pewarta: Frislidia
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019