Jakarta (ANTARA) - Koperasi adalah soko baru perekonomian nasional, yang selaras dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan".

Pada abad ke-21, dengan digitalisasi yang telah merasuk ke berbagai bidang, maka koperasi juga memperoleh tantangan dalam menyelaraskan dengan penerapan Revolusi Industri 4.0.

Tidak heran pula bila Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Profesor Rully Indrawan menyatakan era revolusi industri 4.0 jangan sampai menjadi beban bagi koperasi dalam rangka mengembangkan kinerja dan inovasi usahanya.

"Justru sebaliknya, di zaman serba digital ini koperasi harus mampu eksis," kata Rully Indrawan.

Rully mengingatkan bahwa saat revolusi industri 1.0, ketika era mesin uap menggantikan peran manusia, juga membuat orang-orang mulai berhimpun bersama membangun satu kekuatan ekonomi bersama.

Menurut dia, pada era tersebut mulai lahir koperasi modern, yang tumbuh kelompok sosial melakukan kegiatan bisnis.

Saat ini, lanjut Rully, setelah melewati beberapa fase revolusi industri, koperasi tetap tumbuh di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Ia juga mengingatkan bahwa koperasi di seluruh dunia mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 600 juta orang.

"Itu menjadi bukti kemampuan pelaku koperasi di dunia," katanya.

Untuk itu, Rully menyebutkan bahwa program Reformasi Total Koperasi yang sudah berjalan lima tahun ini adalah untuk menjawab pergerakan zaman yang begitu cepat.

Namun, ujar dia, perubahan fundamental tersebut dengan tidak meninggalkan filosofis dan ideologi dasar sebuah koperasi, yaitu budaya kerja sama dan gotong royong.

Koperasi dinilai harus melakukan perubahan besar, yang inovatif dalam rangka menyesuaikan diri dengan era revolusi industri 4.0, sehingga dapat mengembangkan diri dan unggul di tingkat global dibandingkan unit usaha lainnya.

Ketua Harian Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Agung Sudjatmoko mengharapkan pada zaman ekonomi digital seperti sekarang ini, koperasi harus bisa dikelola secara modern.

Untuk itu, ujar dia, koperasi harus mampu melakukan perubahan, revolusi, dan transformasi menjadi organisasi yang efisien, profesional, dan fokus membangun bisnisnya.

"Koperasi saat ini juga harus memiliki kemampuan menangkap peluang usaha yang ada di masyarakat. Intinya, koperasi harus sudah berbasis teknologi," kata dia.

Ia mengakui, sudah banyak koperasi Indonesia yang menorehkan prestasi dan sudah unggul di tingkat dunia.

Misalnya, Koperasi Kisel yang sudah masuk jajaran 300 koperasi besar dunia dengan menduduki ranking 94. "Sudah banyak pula koperasi yang memiliki aset dan omzet di atas Rp5 triliun," ucap Agung.

Jangan jargon
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menginginkan konsep revolusi Industri 4.0 tidak cuma menjadi sekadar jargon tetapi harus diterapkan dengan optimal sehingga penerapan konsep tersebut dapat meningkatkan daya saing Indonesia dalam perekonomian global.

Hal tersebut, dapat dilakukan dengan tidak hanya menjadikan populasi Indonesia sebagai pasar tetapi sebagai kekuatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruhnya.

"Saya berharap agar tidak terjebak dalam jargon-jargon revolusi 4.0 saja, tetapi kita tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan yang masih tradisional," kata politisi Partai Gerindra.

Untuk itu, ujar dia, Industri 4.0 harus ditopang oleh infrastruktur tradisional yang kokoh sehingga benar-benar bisa memastikan bangsa ini sebagai pemenang di tataran global.

Ia juga menekankan pentingnya Industri 4.0 diarahkan untuk bisa meningkatkan suatu kesejahteraan, keadilan yang inklusif, terutama masyarakat yang mendapatkan manfaat, bukannya pihak asing.

Fadli mencontohkan dunia digital, di mana saat ini memiliki kekuatan inovasi yang sangat tinggi yang harus diberdayakan agar rakyat tidak hanya sekadar menjadi penikmat, tetapi juga sebagai penarik manfaat.

Senada, Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri Pembangunan Agus Hermanto menyatakan, konsep revolusi industri 4.0 yang dicanangkan pemerintah harus benar-benar disiapkan untuk menghadapi persaingan di era globalisasi.

"Di era global yang memasuki revolusi 4.0 serba digital ini, kita harus siap menghadapi persaingan di tingkat regional dan global," katanya.

Agus mengingatkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang besar, baik dari jumlah penduduk, luas wilayah maupun SDM yang melimpah.

Untuk itu, ujar dia, pembangunan beragam infrastruktur sosial, yakni kapasitas produktif dan SDM harus semakin ditingkatkan.

"Agar Indonesia mampu bersaing, kita harus percaya pada kekuatan bangsa kita sendiri, dan tetap bersatu untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin ekstra dan berubah sangat cepat," ucap Agus.

Generasi milenial
Terkait dengan generasi milenial, Kementerian Koperasi dan UKM optimistis ke depan, generasi milenial atau kalangan anak muda akan semakin meminati dunia koperasi sehingga soko guru perekonomian itu juga bisa semakin melesatkan kinerja perekonomian nasional.

Sekretaris Kemenkop dan UKM, Rully Indrawan, menyebutkan, hal tersebut antara lain karena saat ini dinilai sudah semakin banyak anak muda yang kreatif sekaligus sudah berkecimpung di dunia koperasi di Tanah Air.

Rully juga mengapresiasi penyelenggaraan berbagai aktivitas yang terkait dengan anak muda dan koperasi, seperti dengan peluncuran Koperasi Praja 2019 yang digelar di Jakarta, Rabu (28/8).

Praja itu sendiri merupakan kompetisi jurnalistik mengenai koperasi dan kewirausahaan.

Rully yang dipilih menjadi Ketua Dewan Juri PRAJA 2019 itu berharap agar sesering mungkin muncul tulisan mengenai koperasi di media massa dan media sosial.

Hal tersebut, lanjutnya, agar para generasi milenial lebih bisa lagi untuk membaca, kemudian memahami dan menekuni dunia koperasi.

Ia menambahkan, koperasi saat ini tengah berada dalam fase menghadapi tantangan untuk melakukan reposisi. "Fase ini menjadi sangat penting sebagai persiapan berikutnya menghadapi tantangan kebangkitan eksistensi organisasi koperasi," ujarnya.

Saat ini, ujar dia, koperasi tidak lagi hanya bercirikan berbentuk badan hukum koperasi, namun harus dikembangkan dalam spirit kolaborasi yang menjadi pondasi perubahan model bisnis saat ini yakni Ekonomi Kolaborasi.

Sementara itu, Chairman Multi Inti Sarana (MIS) Group Tedy Agustiansjah menyatakan, saat ini isu revolusi industri 4.0 menuntut setiap badan usaha untuk mampu mengikuti perkembangan. Revolusi terjadi dengan fokus pada Internet of Things (IoT) dan Artificial Intellegence (AI).

Oleh karena itu diperlukan gebrakan untuk mendorong kalangan milenial memberikan terobosan baru di dunia koperasi dan bisnis model yang memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan usaha ke depannya.

"Kami percaya bahwa koperasi akan selalu menjadi pilar ekonomi bangsa Indonesia. Bahkan, saat ini terasa sangat relevan dengan esensi bisnis zaman now, yaitu Ekonomi Kolaborasi," katanya.

Oleh karena itu,  menjadi sangat strategis untuk bisa memahami dan menempatkan koperasi dalam konteks tantangan kekinian dengan melakukan transformasi organisasi.


Baca juga: Kemenkop UKM optimistis koperasi makin diminati milenial
Baca juga: Kapasitas Koperasi-UMKM ditingkatkan, pertumbuhan ekonomi akan melesat
Baca juga: Kemenkop sebut koperasi bisa penuhi kebutuhan pengusaha

Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019