Madiun (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun, Jawa Timur, telah mendeklarasikan wilayah setempat dengan julukan "kampung pesilat" sejak beberapa tahun terakhir.

Pemberian predikat Madiun sebagai "kampung pesilat" tersebut bukan tanpa alasan. Dibalik slogan itu terdapat makna dan harapan tinggi yang ingin diwujudkan oleh para pemangku kepentingan di wilayah setempat.

Kabupaten Madiun dan Kota Madiun diketahui sebagai kota "gudangnya" perguruan pencak silat. Terdapat 14 perguruan silat di Kabupaten Madiun, sedangkan di Kota Madiun terdapat sebanyak 11 perguruan pencak silat. Tak tanggung-tanggung, Madiun merupakan pusat pimpinan dari belasan perguruan pencak silat tersebut.

Kondisi Madiun sebagai gudangnya perguruan pencak silat tersebut bagaikan dua sisi mata pisau yang memiliki dua manfaat berseberangan. Yakni manfaat positif sekaligus negatifnya.

Sisi negatifnya, belasan perguruan pencak silat yang memiliki jumlah massa besar sebagai anggotanya tersebut sangat rawan gesekan dan konflik. Bertahun-tahun, sudah menjadi rahasia umum, kegiatan-kegiatan tradisi perguruan pencak silat, selalu menjadi momentum menakutkan karena mobilisasi massa yang mencapai puluhan ribu.

Yang paling menjadi perhatian adalah tradisi "Suroan", yakni perayaan menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam yang dimiliki oleh anggota silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda (PSHWTM).

Setiap tahun, saat tradisi Suroan, keadaan wilayah Madiun dan sekitarnya selalu mencekam, kaos, rawan terjadi konflik, dan tawuran massal. Hal ini yang membuat para pemangku kepentingan melakukan berbagai formasi pengamanan dan pendekatan. Tujuannya adalah meredam dan bahkan mencegah konflik.

Positifnya, belasan perguruan pencak silat dengan jumlah anggota yang sangat banyak tersebut merupakan wujud keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

Kondisi itulah yang agaknya ingin diangkat oleh Pemkab Madiun. Dengan menggandeng lembaga terkait lainnya, deklarasi Kabupaten Madiun yang menyandang sebagai wilayah kampung pesilat akhirnya lahir.

Melalui kampung pesilat, para Forkopimda setempat ingin menciptakan sisi lain dari tradisi Suro yang menyenangkan dan dapat dinikmati masyarakat.

Pendekatan dan sosialisasi akan makna dari kampung pesilat terus dilakukan kepada para pengurus perguruan pencak silat.

Para pesilat diajak untuk memiliki komitmen yang sama, yakni mewujudkan perayaan tradisi "Suroan" yang aman dan damai setiap tahunnya saat menyambut tahun baru islam. Demikian juga dengan Suroan dalam rangka Tahun Baru Islam 1 Muharam 1441 Hijriah tahun 2019 yang jatuh pada tanggal 1 September nanti.

Menyikapi hal itu, Polres Madiun bersama anggota Forkopimda Kabupaten Madiun mengajak para pesilat untuk berikrar dan menandatangani deklarasi guna mewujudkan tradisi Suro Damai di tahun 2019 demi terjaganya kondisi daerah Madiun dan sekitarnya yang kondusif.

"Hari ini kita kumpulkan sekitar 1.200 pesilat dari seluruh perguruan pencak silat di Madiun untuk berikrar menyampaikan pesan damai guna mewujudkan Suro damai dalam perayaan tahun baru Islam 2019," ujar Kapolres Madiun AKBP Ruruh Wicaksono di sela kegiatan deklarasi dan ikrar Suro Damai 2019 di Lapangan Tribrata Mako Polres Madiun, Jumat (30/8).

Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan bukti bahwa semua pesilat di wilayah Madiun berkomitmen untuk mewujudkan Suro yang damai.

"Harapannya tidak ada lagi Suro yang mencekam. Mohon dukungannya juga buat semua pihak agar bersama-sama mewujudkan Suro yang damai," tutur Ruruh.

Terdapat tiga poin penting dalam ikrar deklarasi Suro Damai 2019 yang semuanya bertujuan untuk mewujudkan tradisi Suroan berjalan aman dan damai.

Ketiga poin tersebut adalah satu, selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur perguruan serta mentaati semua peraturan hukum yang berlaku. Dua, saling menghormati dan menjalin persaudaraan antar-perguruan pencak silat guna mewujudkan Kabupaten Madiun sebagai Kampung Pesilat. Tiga, dengan penuh kesadaran siap mendukung terciptanya situasi kamtibmas yang aman dan kondusif serta mewujudkan Suro Damai 2019 di Kabupaten Madiun.

Ikon wisata budaya

Bupati Madiun Ahmad Dawami mengatakan perayaan tradisi Suro yang aman dan damai akan memberikan nilai positif untuk warga Kabupaten Madiun dan sekitarnya. Ke depan pihaknya akan mengemas tradisi Suroan tersebut dalam sebuah kegiatan festival yang dapat menghibur dan dinikmati oleh masyarakat luas.

"Kita berharap deklarasi yang kita lakukan ini menjadi pijakan di masa depan untuk terus mewujudkan perayaan Suro yang damai," ucap Bupati yang akrab disapa Kaji Mbing ini.

Ia menyatakan Bulan Jawa Suro adalah bulan yang baik dan hendaknya diisi dengan kegiatan meneladani pendiri perguruan yang sudah ada dengan hal baik.

"Yang terpenting komitmen bersama untuk damai dibangun dulu, agar kegiatan tahun ini berjalan lancar dan tertib. Setelah itu, nanti di tahun 2020 bisa diadakan acara Suro lagi dengan mengedepankan kirab budaya ataupun pencak silat seni," ujarnya.

Ia menilai beragamnya perguruan pencak silat dengan masing-masing kekhasannya jika dikemas dengan baik dan didukung kesadaran semua pesilat yang ada, maka akan menjadi suatu ikon wilayah Madiun.

Pihaknya memiliki konsep keunikan kampung pesilat Madiun bisa diangkat menjadi ikon wisata budaya yang dapat mendongkrak tingkat kunjungan masyarakat ke daerah setempat.

Wujudnya bisa karnaval, parade, ataupun festival. Hal itu bisa dimatangkan lagi konsepnya dengan menggandeng pihak lembaga lainnya.

Kabid Pengembangan Pariwisata, Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Madiun, Isbani, mengatakan sejatinya pencak silat tidak hanya bagian dari salah satu cabang olahraga, melainkan juga seni budaya yang mendongkrak wisata daerah setempat.

Sisi positifnya tersebut yang harus diangkat agar dapat dimanfaatkan bersama sebagai keunggulan dan keunikan wilayah Madiun yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

"Dengan mengangkat potensi positifnya maka akan menunjukan bahwa perguruan silat di Kabupaten Madiun bisa rukun. Sekaligus ajang untuk mempromosikan pencak silat bahwa di Kabupaten Madiun ada 14 perguruan silat," imbuhnya.

Dibutuhkan kerja keras dari semua pihak, baik pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya jika ingin mengembangkan sisi wisata budaya dari pencak silat yang ada di Kabupaten Madiun. Meski kerja keras, namun hal itu bukalah mustahil.

Adapun 14 perguruan pencak silat yang ada di Madiun tersebut di antaranya, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW), Persaudaraan Setia Hati Tuhu Tekad, IKS Kera Sakti. Kemudian perguruan Ki Ageng Pandan Alas, Tapak Suci, Pro Patria, Persinas ASAD, Merpati Putih, Pagar Nusa, Cempaka Putih, Persaudaraan Sejati, Pro Patria, dan Persaudaraan Pangastuti Tundung Madiun.

Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019