Selain Bendungan Tilong yang debit airnya semakin menyusut kurang lebih 200 embung dari 1.140 embung di NTT juga mengalami kekeringan akibat kekeringan ekstrem yang melanda NTT
Kupang (ANTARA) - Debit air di bendungan Tilong di Desa Oelnasi, Kupang Tengah, Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini terus menyusut hingga 5,9 juta meter kubik akibat kemarau panjang yang melanda wilayah itu dalam beberapa bulan terakhir.

Kasatker Operasi Pemeliharaan Bendungan Tilong, Balai Sungai Nusa Tenggara II Bernadeta Tea di Kupang, Sabtu mengatakan bahwa daya tampung bendungan itu sebenarnya 19 juta meter kubik.

"Tetapi terus mengalami penyusutan air sehingga terdata sampai saat ini sudah mencapai 5,9 juta meter kubik, " katanya.

Balai Sungai Nusa Tenggara II, katanya, akan terus memantau penurunan debit air di bendungan tersebut. Jika airnya sudah menyusut hingga batas terendah 3,5 juta meter kubik maka pihaknya akan menutup saluran air.

Ia pun mengakui bahwa saat ini sedang puncak-puncaknya musim kemarau sehingga ada kemungkinan air di bendungan itu akan terus menyusut.

Selain Bendungan Tilong yang debit airnya semakin menyusut, kata dia, kurang lebih 200 embung dari 1.140 embung di NTT juga mengalami kekeringan akibat kekeringan ekstrem yang melanda NTT.

Akibatnya pasokan air bersih bagi tanaman dan hewan juga tidak ada sehingga di beberapa daerah seluruh tanamannya kering kerontang dan mati.

Kekeringan di beberapa embung itu, kata dia, juga disebabkan adanya kerusakan dan bahkan sudah dijadikan sebagai area penggembalaan ternak.

"Embung-embung sudah dibangun sejak tahun 1990-an dan sudah rusak. Sekarang sudah dijadikan area penggembalaan ternak, " kata Bernadeta Tea.

Berdasarkan pantauan ANTARA di beberapa lokasi embung di Alak Kota Kupang juga sudah mulai mengalami penurunan debit air. Penurunan debit air berkisar dari 70 hingga 40 persen. 

Baca juga: Kekeringan meteorologis terpanjang landa Sumba Timur

Baca juga: Tiga Kecamatan Kota Kupang dalam status awas kekeringan

Baca juga: 41 wilayah di NTT alami kekeringan ekstrem

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019