Tuntutan itu disampaikan perwakilan dari Paguyuban Peternak Rakyat Nasional saat berunjuk rasa di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian RI, Jakarta, Kamis.
“Pak Jokowi tolong lihat dan dengarkan teriakan rakyat, selamatkan peternakan rakyat kecil, naikkan harga ayam secepatnya,” kata Koordinator lapangan Alvino saat berorasi.
Selain menuntut kenaikan harga, massa juga mendesak pemerintah menetapkan harga pokok produksi minimal pada peternak rakyat mandiri, menertibkan peraturan presiden untuk penataan iklim usaha perunggasan nasional, serta bubarkan tim analisa Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Ratusan pengunjuk rasa itu menumpang tiga unit bis yang terparkir di halaman Masjid Istiqlal, selanjutnya massa berjalan kaki menuju Kantor Kemenko Perekonomian RI untuk berorasi menyampaikan aspirasinya.
Alvino bersama 15 orang lainnya diterima perwakilan dari Sekretariat Kemenko Perekonomian untuk menyuarakan tuntutannya.
Peternak dari Bogor, Sugeng Wahyudi, mengungkapkan kelompok peternak dan petani mengalami kerugian sekitar Rp2 triliun selama 2019.
Sementara itu, peternak lainnya Hartono mengaku mengalami kerugian hingga Rp3 triliun dalam kurun waktu 13 bulan akibat tidak ada peningkatan harga ayam hidup.
“Kita sudah rugi selama 11 bulan tetapi kita tunggu-tunggu ternyata belum selesai permasalahan ini, Kementerian Pertanian sekarang ini pintu keluarnya apa untuk peternak ayam,” ujar Hartono.
Perwakilan dari Sekretariat Kemenko Perekonomian RI, Susiwijono menuturkan pihaknya mencoba memberikan solusi yang terbaik agar tuntutan serta mekanisme birokrasi pemerintah sesuai dengan keinginan petani maupun peternak ayam.
“Untuk menselaraskan dan saya akan laporkan kepada bapak Menteri Kemenko Perekonomian,” tutur Susiwijono dan menambahkan, pihaknya akan konsen menyelesaikan permasalahan tersebut.
Baca juga: Kemendag serap ayam peternak untuk naikkan harga
Baca juga: Menjamin konsumsi telur aman hingga ke meja makan
Baca juga: Cargill bantu peternak tingkatkan produktivitas ayam
Pewarta: Taufik Ridwan dan Dewi
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019
