Kalau mereka tidak ada itu berarti habitat di mana manusia tergantung di dalamnya itu oksigen, air bersih, dan juga berbagai sumber pangan dan obat-obatan itu berarti sudah terganggu.
Bandung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) menandatangani nota kesepakatan dengan World Wildlife Fund of Nature (WWF) Indonesia terkait optimalisasi konservasi lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan di Tanah Pasundan.

Kesepakatan tersebut ditandatangani langsung oleh Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil dengan CEO WWF Indonesia Rizal Malik, di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat.

Menurut Emil, kerja sama dengan WWF Indonesia berjangka panjang dan menjadikan Jawa Barat sebagai mitra utama dalam program pelestarian lingkungan.

Kerja sama ini menyangkut program edukasi, rehabilitasi, konservasi, termasuk penanganan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

“Kita nanti akan terjemahkan melalui berbagai program. Ada edukasi, rehabilitasi, konservasi, juga terkait penanganan Citarum, kita akan kerja samakan. Mereka punya ahli-ahli (lingkungan) dunia, karena mereka organisasinya, organisasi dunia,” kata Emil.

Baca juga: DPRD Jabar singgung soal degradasi lingkungan di Musrembang

Baca juga: Jabar dapatkan bantuan 165 kapal perikanan dari KKP



Misi Jabar

Kerja sama dengan WWF Indonesia menjadi bagian dari visi misi Jabar Juara Lahir dan Batin melalui Kolaborasi dan Inovasi.

MoU Jabar-WWF Indonesia menjadi perwujudan dari visi kolaborasi atau kerja sama Pentahelix (Academician, Business, Community, Government, Media), di mana kerja sama ini sebagai implementasi kolaborasi antara unsur Government (pemerintah) dan Community (komunitas masyarakat) untuk program green development and sustainable development.

Tujuan dari kerja sama ini adalah sebagai bentuk implementasi prinsip-prinsip praktek konsumsi, produksi, dan pembangunan berwawasan lingkungan di Jawa Barat untuk mewujudkan Jawa Barat sebagai green province.

Ruang lingkup kesepakatan antara Pemdaprov Jabar-WWF Indonesia, meliputi: Pertama, peningkatan kapasitas dan pendampingan untuk mendapatkan sertifikasi pada sektor bisnis produksi dan/atau ekstraktif berbahan dasar kayu, rotan, dan sawit, serta perikanan budi daya.

Kedua, sosialisasi dan edukasi kebijakan dan/atau peraturan tentang pembatasan atau pemilahan sampah plastik pada tingkat individu, rumah tangga, dan kelompok masyarakat.

Ketiga, dukungan dan kampanye penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, dan peningkatan kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim. Keempat, partisipasi dan dukungan untuk pelaksanaan program One Planet City Challenge (OPCC).

Kelima, partisipasi dan dukungan untuk pelaksanakan program new trees and my baby trees melalui penanaman pohon untuk penghijauan di wilayah kritis. Keenam, gerakan program signing blue sebagai implementasi pelaksanaan prinsip-prinsip pariwisata yang bertanggung jawab.

Ketujuh, pengelolaan daerah penyangga kawasan konservasi melalui program berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi. Terakhir adalah kegiatan lain yang disepakati oleh para pihak.

Baca juga: Kebakaran hutan terus bermunculan di Taman Nasional Tesso Nilo

Baca juga: WWF sebut tersangka Bathin Hitam "pemain lama" perambahan Tesso Nilo



Fokus ubah perilaku

Sementara itu, CEO WWF Indonesia Rizal Malik menjelaskan, berbagai upaya yang dilakukan oleh WWF saat ini adalah fokus untuk mengubah perilaku manusia terhadap lingkungan alam.

“Ataupun mengubah perilaku atau praktik-praktik korporasi yang merugikan habitat di mana kita tergantung keberlanjutan hidup manusia,” ucap Rizal.

WWF Indonesia pun, kata Rizal, menyambut baik upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemdaprov Jawa Barat dalam mewujudkan visi green province melalui pendekatan pembangunan yang berbasis wilayah. Seperti tetap menjaga keberlanjutan sumber daya alam sangat terbatas.

“Kami juga melihat berbagai upaya yang sudah dilakukan dalam upaya mengubah perilaku manusia, maupun mengubah praktik-praktik manusia sebagai individu maupun korporasi dalam pengelolaan sampah misalnya, berkaitan dengan limbah. Itu sudah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat,” ucapnya.

Menurut Rizal, nilai tambah dari kerja sama yang dilakukan WWF Indonesia dengan Pemdaprov Jawa Barat adalah Jabar bisa menjadi provinsi model bagi dunia yang ingin belajar dalam praktik pengelolaan lingkungan hidup.

“Kedua, kami bisa juga membawa pengalaman praktik baik dari tempat lain yang kemudian bersama-sama dengan teman-teman Pemerintah Provinsi Jawa Barat bisa kita uji, bisa kita sesuaikan dengan kondisi yang paling tepat untuk pembangunan di Jawa Barat,” katanya.

“Kami berharap Jawa Barat juga bisa seperti One Planet City Challenge, itu bisa memenuhi standar yang kemudian bisa dibandingkan dengan provinsi atau kota-kota lain di dunia. Pada saat di dalam upaya itu maka kemudian ada standar yang harus dipenuhi, bila standar itu bisa dipenuhi dan dilewati, maka Jawa Barat itu bisa dibandingkan bahkan bisa bangga mengatakan kita berada pada peringkat yang baik dibandingkan dengan provinsi atau kota lain di seluruh dunia,” katanya.

Baca juga: Kebakaran di TN Tesso Nilo Riau terjadi sporadis di area perluasan

Baca juga: WWF gunakan pendekatan seni lindungi harimau sumatra



LSM internasional

WWF Indonesia adalah LSM berbadan hukum Indonesia yang merupakan bagian dari network international yang bekerja sama di bidang konservasi dan pembangunan bekelanjutan. Awal mula berdiri WWF Indonesia fokus pada penyelamatan Badak Jawa yang pada saat itu hampir punah.

Rizal menuturkan bahwa komitmen WWF Indonesia adalah komitmen jangka panjang. “Kami memang memfokuskan pada satwa kunci, seperti badak, gajah, harimau dan orang utan. Di laut ada penyu dan ikan duyung, karena mereka adalah indikator sehatnya habitat kita,” kata Rizal.

“Kalau mereka tidak ada itu berarti habitat di mana manusia tergantung di dalamnya itu oksigen, air bersih, dan juga berbagai sumber pangan dan obat-obatan itu berarti sudah terganggu. Jadi, pada prinsipnya WWF itu bekerja untuk manusia,” katanya.

WWF mulai berkiprah di Indonesia pada1962 sebagai bagian dari WWF Internasional, melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk menyelamatkan populasi badak jawa yang nyaris punah. Saat itu hanya tersisa sekitar 20 individu saja.

Bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan, lambat laun jumlah populasi satwa bercula satu itu meningkat hingga stabil sekitar 40-50 individu pada survei tahun 1980-an

Pada tahun 1996, WWF resmi berstatus yayasan, menjadi sebuah entitas legal, yang berbadan hukum sesuai ketentuan di Indonesia.

Adalah Prof. Emil Salim, Pia Alisjahbana dan Harun Al Rasjid (alm) yang menjadi pendorong berdirinya Yayasan WWF Indonesia, menempatkannya sebagai organisasi nasional dalam Jaringan Global WWF, yang memiliki Dewan Penyantun sendiri, independen dan fleksibel dalam penggalangan dana dan pengembangan program.*

Baca juga: WWF bikin aksi pelestarian alam gandeng organisasi Pramuka dunia

Baca juga: WWF Indonesia temukan rumah Ikan Garopa di perairan Pulau Kon

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019