Yogyakarta, 9 Juni 2008 (ANTARA) - Sri Sultan Hamengkubuwono X meresmikan lima sanggar budaya dan dua panggung budaya yang tersebar di tujuh lokasi strategis di daerah DIY yang dibangun oleh Yayasan Danamon Peduli dan Forum Merti Dusun. Peresmian secara simbolis diselenggarakan di Panggung Budaya Singlon, desa Pengasih, Kulon Progo dalam prosesi budaya yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Jos Luhukay, Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (Danamon). Pada kesempatan itu hadir pula Krisna Wijaya, Komisaris Danamon, H. Toyo Santoso Dipo, Bupati Kulon Progo, Risa Bhinekawati, Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli dan GKR Pembayun, Ketua Forum Merti Dusun, serta seluruh jajaran muspida dan tokoh masyarakat setempat. Pembangunan berlangsung selama dua tahun sejak Juni 2006 dengan total biaya lebih dari Rp 790 juta. Lokasi sanggar dan panggung budaya dipilih dengan seksama berdasarkan potensi budaya lokal dan kesinambungan program. Lokasi yang dibangun adalah: 1. Celeban, Ketahun (Yogyakarta): dibangun untuk mengenang Ki Hajar Dewantara, seorang guru yang telah melahirkan banyak pemimpin Nasional kaliber internasional seperti Soekarno (presiden RI pertama). Di Desa Ketahun pula berdiri PTS (Perguruan Taman Siswa) yang sekaligus dipergunakan sebagai pusat perjuangan dan penggemblengan kaum Nasionalis. 2. Nglanggran, Pathuk (Gunung Kidul): dibangun sesuai dengan program rekonstruksi pasca gempa di mana sanggar budaya didirikan di atas tanah Sultan Ground. Di lokasi ini, sebelumnya berdiri bangunan cikal bakal Dusun, tetapi rubuh akibat gempa bumi 27 Mei 2006. Selain itu, di sekitar Nglanggran, terdapat gunung yang menjadi tempat wisata. 3. Payak, Kaliwinih (Bantul): di lokasi ini terdapat situs Payak, sebuah bangunan kecil berupa petirtaan dari masa klasik Yogyakarta. Lokasi ini juga dipilih untuk mengenang Eyang Cakrajaya, nama asli dari Sunan Geseng. Beliau adalah sahabat dan murid Sunan Kalijaga yang telah berjasa membentuk kultur Islam Jawa di jaman Mataram Islam awal. 4. Pandes, Sewon (Bantul): letaknya strategis di antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, sehingga dapat menjadi alternatif pilihan untuk memudahkan terkumpulnya warga Bantul untuk mengadakan silaturahmi dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi budaya yang ada. 5. Sorowulan (Sleman) : dibangun untuk mengabadikan Sayuti Melik, pengetik naskah proklamasi yang lahir di desa Sorowulan. Secara historis, Pasar Sorowulan dibangun pada tahun 1921 dan selanjutnya memiliki berbagai fungsi, yaitu menjadi pasar Kasultanan, pasar Pemerintahan, cikal bakal Kecamatan Pakem, pasar Perjuangan (saat Clash II, pejabat dan pejuang mengungsi ke Sorowulan, pasar sebagai tempat sandi penyusunan strategi dan logistik), pasar budaya di mana kesenian rakyat tradisional dan religius digelar secara rutin. 6. Pengasih, Wates, (Kulon Progo): dibangun untuk mengenang pahlawan Kulon Progo yaitu Singlon. Singlon adalah nama muda pahlawan lokal Kulon Progo yang bernama Ki Sodewa, anak dari Pangeran Diponegoro. Diharapkan dengan memberikan nama 'Singlon', masyarakat dapat memiliki semangat jiwa muda untuk memperjuangkan budaya daerahnya. 7. Pasar Piyungan (Bantul): terletak di lokasi yang terkena gempa dengan kerusakan terparah di mana banyak bangunan yang rubuh dan rata dengan tanah. Panggung budaya ini termasuk ke dalam masterplan rekonstruksi pasar Piyungan yang proses pembangunannya masih berjalan hingga saat ini. Oleh karena letaknya di pasar tradisional, panggung budaya ini dilengkapi dengan unit pengelolaan sampah organik menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Program konversi sampah menjadi pupuk ini merupakan program utama Yayasan Danamon Peduli dalam merevitalisasi pasar tradisional. "Sanggar dan panggung budaya yang dibangun oleh Yayasan Danamon Peduli dan Forum Merti Dusun sangatlah penting artinya tidak hanya bagi kelestarian budaya lokal, namun juga bagi dialog antar budaya yang dapat memperluas wawasan kebangsaan dan mempersatukan Indonesia dengan keanekaragaman budayanya. Dengan demikian DIY dapat memberikan sumbangsih bagi budaya nasional, untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika" ungkap Sri Sultan Hamengkubuwono X pada sambutannya. Hal senada juga dinyatakan oleh Bupati Kulon Progo, H. Toyo Santoso Dipo, bahwa masyarakat Pengasih telah lama menantikan adanya fasilitas publik yang memungkinkan mereka berkumpul dan melakukan rembuk desa, selain meningkatkan kemampuan di bidang seni, pengetahuan umum maupun teknologi informasi. Kemitraan Kunci Keberhasilan Rekonstruksi Pasca Gempa Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 tidak hanya merusak rumah dan bangunan, tetapi juga menghancurkan hampir semua sarana dan prasarana di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada peristiwa gempa bumi Yogyakarta ini, Yayasan Danamon Peduli memberikan bantuan darurat pada saat bencana terjadi, membangun fasilitas umum untuk memulihkan kehidupan korban bencana alam; mengelola Dompet Danamon Peduli Jogja/Jateng yang merupakan sumbangan masyarakat dan nasabah; serta mengembangkan tabungan 'Merti Dusun' di mana bunganya sebagian dipergunakan untuk beasiswa anak-anak korban gempa. Dompet Danamon Yogya/Jateng berhasil menghimpun dana sebesar Rp. 685.942.594 dan dalam perjalanannya, Yayasan Danamon Peduli menambahkan dana di Rekening Bencana Alam Danamon Peduli sejumlah Rp. 107.486.993,- sehingga total anggaran untuk program ini menjadi Rp. 793.429.587,-. Selain itu, Danamon Peduli juga menyumbangkan 100 unit komputer untuk memperkenalkan teknologi informasi kepada komunitas pasca gempa, serta 150 tempat tidur untuk asrama mahasiswa UGM. Atas permintaan Forum Merti Dusun, dana Dompet Danamon Peduli Yogya/Jateng digunakan untuk membiayai program pembangunan lima sanggar budaya dan dua panggung budaya di tujuh desa. Dengan adanya fasilitas ini diharapkan akan tumbuh semangat guyub (kebersamaan) dan gotong royong yang merupakan nilai budaya yang luhur untuk membangun komunitas yang harmonis. Yayasan Danamon Peduli bermitra dengan Forum Merti Dusun berkat keterpaduan visi dan misi kedua organisasi dalam memulihkan kembali kehidupan korban gempa. Yayasan Danamon Peduli menghimpun dana masyarakat dan nasabah serta mengelolanya penuh profesionalisme dan tanggung jawab. Sedangkan Forum Merti Dusun memiliki kredibilitas dan akses ke pemerintah lokal serta komunitas setempat. Selain dihormati masyarakat setempat, Forum Merti Dusun juga memiliki kemampuan untuk memfasilitasi terjaminnya kesinambungan program. "Pembangunan ini tidak akan berhasil tanpa adanya komitmen dan rasa gotong royong dari masing-masing pihak yang terkait." ungkap Risa Bhinekawati, Direktur Eksekutif Yayasan Danamon Peduli. Dengan tersedianya pusat pembelajaran dan pelatihan budaya bagi masyarakat setempat, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan semangat gotong-royong untuk mengembalikan penghidupan pasca gempa, khususnya bagi anak-anak dan remaja yang mengalami trauma akibat gempa. Diharapkan anak-anak dan remaja tersebut dapat tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang memiliki keahlian, berbudi luhur dan tangguh dalam menghadapi tantangan hidup di masa depan. Mengenai Danamon Peduli: Danamon Peduli memulai kegiatannya pada tahun 2001. Sejak tahun 2004 lebih memusatkan perhatiannya pada program yang dipelopori oleh komunitas (community-driven development) dan proyek-proyek berkelanjutan yang menekankan partisipasi relawan. Di tahun 2007 Danamon Peduli melakukan 1135 kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari 11.000 relawan serta menyentuh kehidupan lebih dari 550.000 orang penerima manfaat. Yayasan Danamon Peduli mendukung pembangunan berkelanjutan, berbasis kebutuhan komunitas dan melibatkan relawan. Misi tersebut diwujudkan dengan memperbaiki tingkat kesehatan, kebersihan, dan kehidupan masyarakat melalui program-program yang memiliki dampak yang luas. Selain itu Yayasan Danamon Peduli juga mengulurkan bantuan untuk memulihkan kehidupan korban bencana alam. Yayasan Danamon Peduli resmi dibentuk oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan PT Adira Dinamika Multifinance Tbk 17 Februari 2006. Mengenai Bank Danamon: PT Bank Danamon Indonesia Tbk. berdiri pada tahun 1956 dan per tanggal 31 Maret 2008 mengoperasikan lebih dari 1.400 cabang termasuk unit Danamon Simpan Pinjam (DSP), Syariah dan cabang-cabang Adira Finance. Menyediakan akses bagi nasabahnya kepada lebih dari 14.000 jaringan ATM, termasuk melalui kerjasama dengan ATM Bersama dan ALTO, yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia, serta didukung oleh lebih dari 36.000 karyawan (termasuk anak perusahaan). Per tanggal 31 Maret 2008, Danamon dimiliki 67,9% oleh Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd., dan 32,1% oleh publik (kepemilikan kurang dari 5%). UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT: Risa Bhinekawati, Executive Director, Yayasan Danamon Peduli Tel: 021 252-5214 ext. 6001-02, Fax: 021 250-1589, yayasan.peduli@danamon.co.id

Pewarta:
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2008