Yogyakarta (ANTARA) - Indonesia mengusulkan narasi tentang identitas ASEAN dalam Pertemuan ke-15 Pejabat Tinggi ASEAN untuk Urusan Kebudayaan dan Kesenian (the 15th ASEAN Senior Officials Meeting for Culture and Arts/SOMCA and Related Meetings) yang diselenggarakan di Yogyakarta, 9-12 September 2019.

Menurut Direktur Kerja Sama Budaya ASEAN Kementerian Luar Negeri Riaz Saehu, identitas ASEAN dianggap penting oleh Indonesia, karena narasi tersebut diharapkan bisa digunakan oleh seluruh negara anggota untuk membumikan ASEAN.

“Karena seperti kita ketahui ASEAN ini sebagai sebuah organisasi yang bagi masyarakat umum masih terkesan sangat elitis ya, sementara ASEAN sudah berdiri selama 52 tahun, dan yang terpenting adalah bagaimana ASEAN dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” kata Riaz kepada ANTARA di Yogyakarta, Senin (10/9) malam.

Baca juga: Indonesia perlu dorong kejelasan fungsi pandangan Indo-Pasifik ASEAN

Narasi mengenai identitas ASEAN yang diusulkan oleh Indonesia diharapkan bisa digunakan dalam berbagai kesempatan, sekaligus untuk mengingatkan masyarakat bahwa ASEAN bukan hanya organisasi yang dibangun secara politis, tetapi ada nilai-nilai budaya Asia Tenggara yang harus menyatu dalam identitas ASEAN.

“Bahwa kita sebagai masyarakat itu harus menyatu dulu. Itu yang sebetulnya ingin kita kembangkan di dalam pertemuan ini,” ujar Riaz.

Narasi tentang identitas ASEAN tidak hanya akan dibahas dalam SOMCA ke-15, tetapi ditargetkan untuk diadopsi oleh para pemimpin negara anggota dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2020.

Baca juga: Lukas Kbarek, mahasiswa Papua menjadi finalis duta Asean

Rancangan mengenai identitas ASEAN yang diajukan oleh Indonesia ini merupakan hasil diskusi dari sejumlah organisasi masyarakat sipil, yang telah dikonsultasikan dengan 10 negara anggota selama dua bulan.

Kesepakatan seluruh negara anggota terhadap  narasi identitas ASEAN akan membantu proses memasyarakatkan ASEAN, yang selama ini hanya dipahami oleh kalangan terbatas, seperti pemerintah, mahasiswa, media, dan akademisi.

“Kalau kita datang ke daerah-daerah itu orang-orangnya belum paham ASEAN. Padahal relevansi ASEAN itu 'kan kalau dirasakan manfaatnya. Ada tiga parameternya, yaitu peningkatan kesadaran masyarakat tentang ASEAN, peningkatan manfaat ASEAN dan kemudian kita bangga menjadi komunitas ASEAN,” kata Riaz.

Baca juga: Menlu RI sebut pentingnya milenial dalam pembangunan komunitas ASEAN

Pertemuan pejabat setingkat eselon I bidang kebudayaan ASEAN tahun ini akan membahas kerangka acuan (TOR), landasan kegiatan kebudayaan, serta usulan Pernyataan Bersama, termasuk membahas rencana kerja sama kebudayaan di tingkat yang lebih tinggi.

Melalui pertemuan ini, Indonesia mendorong agar tercipta ekosistem kebudayaan yang melibatkan pemangku kepentingan bidang kebudayaan, mulai dari seniman, pemerintah, hingga sektor privat untuk mendukung pemajuan kebudayaan.

Kegiatan SOMCA merupakan salah satu upaya meningkatkan kerja sama internasional di bidang kebudayaan sesuai amanat UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan guna menghidupkan dan menjaga ekosistem kebudayaan baik di dalam negeri maupun antar negara.

Baca juga: Masyarakat ASEAN sepakati promosikan moderasi wujudkan harmoni

Pertemuan ASEAN SOMCA tahun ini diikuti delegasi dari 10 negara ASEAN yakni Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam; serta tiga negara mitra yaitu Jepang, Korea Selatan, dan China.

Pertemuan ini didahului dengan kunjungan para delegasi ke Keraton Yogyakarta, Taman Sari, dan Museum Ullen Sentalu pada 9-10 September 2019.

Baca juga: Penari mengenal budaya lain di ASEAN Contemporary Dance Festival

 

Mengenal bangunan baru Sekretariat ASEAN

 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019