Jumlahnya bahkan tidak sampai 1 persen dari total investasi asing di Indonesia yang mencapai 162 miliar dolar AS
Jakarta (ANTARA) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut masih ada ruang peningkatan investasi dari negara-negara Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) karena potensinya yang besar.

Plt Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Farah Ratnadewi Indriani dalam simposium tentang meningkatkan investasi dari negara Timur Tengah dan OKI di Jakarta, Selasa, mengatakan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, investasi asal Timur Tengah dan OKI hanya sebesar 471 juta dolar AS.

"Jumlahnya bahkan tidak sampai 1 persen dari total investasi asing di Indonesia yang mencapai 162 miliar dolar AS. Jadi masih ada ruang yang besar untuk meningkatkan kerja sama ini," katanya.

Farah yang juga menjabat sebagai Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM menjelaskan, karena negara Timur Tengah dan OKI merupakan salah satu sumber investasi asing langsung yang penting bagi Indonesia, BKPM sendiri telah membentuk komisi khusus untuk melayani investor dari kawasan tersebut.

Berdasarkan data yang ada, Uni Emirat Arab dan Turki adalah dua negara dari kawasan tersebut yang berkontribusi yang paling besar terhadap investasi asing.

Investor Timur Tengah dan OKI, juga tercatat lebih memilih untuk berinvestasi di brown field atau proyek pengembangan ketimbang di green field atau proyek baru.

"Tolong diingat kalau Timur Tengah juga masuk dalam salah satu negara yang akan memenuhi investasi asing Indonesia selain dari Eropa, AS, atau negara lainnya," kata Farah.

Dalam kesempatan yang sama Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan OKI Alwi Shihab mengatakan potensi investasi Timur Tengah dan OKI di Indonesia masih cukup besar.

Ia menyebut sejumlah perusahaan asal Timur Tengah sudah banyak yang masuk dan berinvestasi di Indonesia dari berbagai sektor.

"Oman baru saja masuk, Uni Emirat Arab juga besar-besaran masuk. Kuwait yang mungkin tidak pernah terdengar juga sudah banyak investasinya. Begitu pula Saudi dan Qatar," sebutnya.

Alwi menyebut banyak pula perusahaan Timur Tengah lainnya yang telah menyampaikan minat untuk berinvestasi di Indonesia.

Sayangnya, banyak pula yang belum sukses dan masih melakukan negosiasi bisnis dengan mitra di Indonesia meski telah menandatangani kontrak.

"Oleh karena ini kami menggelar simposium ini untuk mendengarkan masukan dan pengalaman perusahaan yang sudah sukses untuk mendorong investasi dari Timur Tengah," katanya.

Peningkatan investasi dari Timur Tengah dan OKI merupakan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menekankan agar Indonesia tidak hanya memprioritaskan negara barat atau Asia Pasifik dalam mengundang investasi, tetapi juga kawasan Timur Tengah.

Baca juga: Perizinan di daerah jadi kendala investor Timur Tengah
 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019