Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada hari ini sudah 50, kemarin masih di bawah 50.
Batam (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau mengimbau warganya untuk mewaspadai kabut asap akibat kebakaran hutan, yang kini mulai menyelimuti kota kepulauan itu.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi, Selasa, menyarankan masyarakat tidak ke luar rumah bila tidak ada sesuatu yang penting, agar terhindar dari paparan debu asap.

"Kalau ke luar rumah, pakai masker. Cuma kalau kondisi parah, masker-nya jangan yang biasa, ada yang khusus," kata dia.

Ia menjelaskan, kabut asap dapat menyebabkan iritasi lokal pada mata, selaput lendir di hidung, mulut dan tenggorokan.

Paparan kabut asap juga bisa menyebabkan reaksi alergi, peradangan, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), hingga pneumonia atau radang paru.

"Kabut asap bisa menyebabkan kita sulit bernafas, batuk, merusak paru-paru," kata dia.

Baca juga: Kepri diselimuti kabut asap dari Kalimantan dan Sumatera

Baca juga: Kabut asap mulai selimuti Kota Batam

 

PEKANBARU DISELIMUTI KABUT ASAP, SISWA DILIBURKAN



Menurut dia, saat ini, kabut asap di Batam masih dalam kondisi baik. Meski begitu, masyarakat tetap diminta waspada.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam, Herman Rozie menilai kabut asap kebakaran lahan yang menyelimuti Kota Batam Kepulauan Riau semakin tebal pada Selasa dibanding hari sebelumnya.

"Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada hari ini sudah 50, kemarin masih di bawah 50," kata dia.

Ia menjelaskan, kualitas udara dikatakan sehat bila ISPU pada rentang 0-50, kemudian sedang 51-100, tidak sehat 101-199, sangat tidak sehat 200-299, berbahaya 300-500.

Sementara itu, warga Batam mulai merasakan jerebu (debu asap) yang menyelimuti kota. "Baju sudah mulai bau, jarak pandang juga sudah mulai berkurang," kata Shinta.

Ia berharap pemerintah segera mengambil tindakan sebelum jerebu semakin tebal seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.

"Tentu kita tidak ingin kejadian di Batam terjadi seperti di Pekanbaru Riau. Pemerintah harus bergegas," kata dia.*

Baca juga: BMKG pantau 8 titik api di Kepri

Baca juga: BNPB: Januari-Agustus 2019, kebakaran hutan capai 328.724 hektare

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019